Sultan Siak XIII yang Membuat Heboh Riau, Menunggu Pihak akan Menggugat

0 117

 

PEKANBARU, Derakpost.com – Sultan Syarif Assayidis Tengku Nazir, yang membuat geger Bumi Lancang Kuning sejak beberapa waktu terakhir, dengan memproklamirkan diri sebagai Sultan Siak XIII mengatakan, bahwa dirinya mempunyai bukti dan alas hak yang kuat atas apa yang dilakukannya tersebut.

Ia mengatakan, klaim dan penobatan dirinya tersebut, dengan alas hak surat pernyataan sepupu dari Sultan Syarif Kasim. Ia mengatakan bahwa surat sakti tersebut sebagai SK.

“Dalam surat itu menerangkan, Sultan Syarif Kasim mengatakan, adapun yang memegang surat ini, Tengku Daud Bin Tengku Bagus Said Toha (datuk dari Tengku Nazir) adalah saudara sepupu dari pada beta, itu bunyi surat itu. Itu surat sepupu. Nah, kenapa keluar surat itu, karena beliau tidak memiliki keturunan. Makanya sepupulah yang jadi ahli waris,” ujar Nazir dalam rilisnya.

Munculnya Nazir menjadi pewaris tahta Kesultanan Siak tadi bisa dibilang cukup berliku. Ini dimulai dari kenyataan bahwa Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin (Sultan Syarif Kasim II) tidak memiliki keturunan.

Lalu, katanya, ahli waris Kesultanan Siak, Tengku Long Puteh, sudah tidak dianggap lagi karena dia sudah menikah di gereja bersama perempuan warga Singapura. Dan Tengku Long Puteh pun sudah jadi warga Singapura.

“Menurut hukum Islam dan kerajaan, ahli waris tak berlaku lagi bagi Tengku Long Puteh dan berpindah-pindah kepada keluarga besarnya (saudara sepupu dari ayah sultan),” kata Nazir.

Nazir mengatakan, bahwa Sultan syarif Kasim memiliki sepupu yang banyak, dengan jumlah 23 orang dengan keturunan – keturunannya. Ia juga memaklumi dari 23 itu ada yang tidak sepakat dengan dirinya yang dinobatkan menjadi Sultan Siak XIII.

“Yang jelas, saya berjuang jadi Sultan, dasar saya ini lah, yang sudah mendapat keputusan penepatan ahli waris di pengadilan agama Selat Panjang. Yang paling penting, kuasa dan persetujuan dari ahli waris. Semua tanda tangan,” jelasnya.

“Dari 33 ahli waris, menandatangani kesepakatan ada 20 orang lebih, yang tidak mau tanda tangan itu dari keluarganya Tengku Muhammad Toha. Saya berjalan selama ini dengan legal, alhamdulillah, makanya administrasi saya lengkap selengkap-lengkapnya. Jadi berjuang untuk menjadi Sultan ini saya udah 22 tahun,” ucapnya lagi.

Tak main – main, ada empat datuk yang langsung menobatkannya sebagai Sultan, dimana penobatan tersebut bukanlah di Istana Siak, melainkan di Balairung Pondok Patin Yunus Pekanbaru.

“Saya dinobatkan di rumah makan Pondok Patin, karena zaman sekarang orang kan mau praktis, jangan jadi alasan saya dinobatkan tidak di Istana Siak, itu tak sah. Mereka tak bisa bilang itu tak sah. Untuk diketahui, zaman Raja Kecik dulu, di hutan mana dilantiknya, kan tak harus di istana. Apalagi yang menabalkan saya ini ada 4 datuk yang bukan orang sembarangan, istilahnya bukan kaleng – kaleng yang menabalkan saya, Datuk 50, Datuk Muhammad Yusuf, beliau ketua dari datuk-datuk. Kemudian Datuk pesisir Sofyan Hamzah, Datuk Tanah Datar, dan Datuk Kampar,” katanya.

Tengku Nazir juga menceritakan, bahwa dirinya bukanlah orang dari kalangan berada sebelum menjadi sultan. Ia yang lahir dan juga besar di Selat Panjang Kabupaten Meranti, melewati lika liku kehidupan yang terbilang jauh dari hiruk pikuk kesultanan.

“Sebelum jadi sultan, Saya ini sedih juga, Saya jual komputer seken dulu di Pekanbaru. Kemudian saya balik ke Meranti, saya buka usaha air galon, yang penting halal,” cakapnya lagi.

Kemudian, ia tak menampik dengan informasi bahwa dirinya pernah tersangkut pidana narkoba sebagai pemakai di tahun 2013 di Selat Panjang. Ia mengakui bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

“Saya direhab, menjalani hukuman 7 bulan. Ini memang sering disebut – sebut. Kasus saya ini kasus taik burung saja. Ini tidak memutuskan hak saya sebagai pewaris. Tidak hilang turunan itu. Saya tunggu orang yang mau gugat saya,” ujarnya.

Ia mengatakan, bahwa sebelum dilantik menjadi Sultan dirinya hidup sederhana dengan hanya menggunakan sepeda motor dan rumah ngontrak, begitupun setelah dirinya dilantik.

Disinggung mengenai bagaimana dirinya menanggapi pro kontra, ia mengatakan bahwa hal itu lumrah terjadi, di kerajaan lain pun pro kontra tetap ada.

“Dengan munculnya saya ini harusnya orang melayu Riau bangga. Bangkit semuanya, perangkat adat dan budaya. Bukan sebaliknya,” ucapnya. **Rul/Rls

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.