Binaan PHR, Kelola Sampah Jadi Ladang Rupiah

0 182

 

DERAKPOST.COM – Sebagaimana disampaikan saat Rakernas Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup, Presiden RI Jokowi masih menganggap sampah sebagai suatu permasalahan besar di Indonesia.

Di tingkat provinsi tentunya diperlukan manajemen pengelolaan yang baik, namun demikian di tingkat individual ataupun komunitas, masyarakat bisa banyak belajar dari 2 tokoh yang baru saja memenangkan local heroes sebagai pahlawan yang berjuang mengelola sampah sampai menjadi penghasilan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Mereka adalah Lambas Hutabarat dan Rinwiningsih, dua local heroes binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dari WK Rokan. Sampah yang biasanya dipandang sebelah mata, ternyata bisa menjadi lebih berharga berkat tangan-tangan cekatan mereka.

Berawal dari kepedulian terhadap sampah-sampah di lingkungannya, dua warga binaan PHR dari Bumi Lancang Kuning ini mampu mengubahnya menjadi pundi-pundi rupiah. Hasil dari pengelolaan sampah yang efektif kini menjadi ladang penghasilan bagi mereka dan ratusan kelompok masyarakat binaannya.

Lambas terbukti sukses dalam mengelola Bank Sampah Pematang Pudu Bersih (BS PPB) yang terletak di Kabupaten Bengkalis. Sementara Rinwiningsih, wanita berlatar belakang guru ini juga tak ketinggalan, dirinya sukses dan menginspirasi berkat pengelolaan Bank Sampah Agrowisata Ibnu Al-Mubarok Rumbai yang gemilang. Berkat kegigihannya, mereka dinobatkan sebagai Local Heroes binaan PHR dari WK Rokan, pada Momen HUT PHR ke-4.

Lambas, sehari-hari bertungkus lumus membina para kelompok masyarakat yang berada di Kelurahan Pematang Pudu. Kisah keberhasilan pria itu dimulai dari nol hingga menjadi maju dan mandiri, bahkan kini memiliki omzet yang fantastis. Di samping kesuksesan itu, ia juga berhasil membina sekaligus menginspirasi ratusan masyarakat di lingkungan tempat dia tinggal.

Pola-pola yang diterapkannya itu berhasil menularkan semangat untuk maju dan mandiri. Siapa sangka, Lambas yang dulunya seorang buruh berpenghasilan terbatas, kini mampu meraup lebih dari Rp 30 juta omzet per bulan dari hasil pengelolaan sampah tersebut.

“Saya memiliki misi untuk menjaga alam, lewat program Bank Sampah ini saya berusaha menciptakan Riau hijau dengan konsep pengelolaan lingkungan yang benar. Selain itu juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” ujar Lambas melalui rilis diterima media ini.

Tak hanya untuk kepentingan dirinya semata, dalam prakteknya, Lambas juga berhasil memberikan inspirasi bagi ratusan masyarakat yang memiliki konsep pemikiran sama; menjaga lingkungan tetap hijau dan berseri. Ada banyak masyarakat yang dibina Lambas, terutama juga warga-warga setempat sehingga bisa maju dan mandiri.

Pengelolaan sampah tersebut bukan hanya dipilah dan dijual, Lambas juga memproduksi sampah menjadi kerajinan tangan, barang tepat guna hingga pernak-pernik oleh-oleh.

“Visi bank sampah kami adalah lingkungan bersih dan mandiri, saat ini kami sudah terkelola secara mandiri berkat dibina PHR. Penjualan sampah anorganik terpilah seperti kertas, plastik dan logam dengan rata-rata per bulannya Rp 20-30 juta. Lalu hasil kami dari penjualan produk kreasi daur ulang seperti tas, dompet, pot bunga, kompos dan penjualan jasa pelatihan ke berbagai kelompok masyarakat dan sekolah,” jelasnya.

Kisah sukses itu juga datang dari Rinwiningsih, local heroes binaan PHR ini berhasil merubah stigma masyarakat yang awalnya acuh, kini menjadi sadar terhadap pengelolaan sampah itu yang benar.

Keresahan wanita tersebut lantaran di lingkungan sekolah tempat mengabdi masih banyak terdapat sampah yang berserakan. Hingga akhirnya, timbul inisiatif untuk mengelola sampah jadi ladang rupiah. Ia menggandeng para siswanya peduli terhadap lingkungan tersebut.

Selain itu, Rinwiningsih membuat terobosan menjadikan sampah ke produk tepat guna, seperti pupuk, ternak maggot hingga usaha jasa lainnya. Sama seperti Lambas, ia juga membina dan memberikan inspirasi ke ratusan masyarakat binaan di Pekanbaru.

“Awalnya kami resah karena banyaknya sampah di lingkungan sekolah tempat saya mengabdi, tiap bulan harus bayar Rp 300 ribu untuk langganan angkut sampah saja. Jadi saya berinisiatif untuk mengelola sampah ini dengan baik, dan alhamdulillah sekarang sampah ini malah jadi penghasilan bagi kami,” kata Rinwiningsih.

Awalnya, ia hanya seorang tenaga pendidik yang mengurusi pendidikan generasi bangsa saja, sejak inisiatif pengelolaan sampah itu muncul, kini Rinwiningsih jadi panutan bagi masyarakat di lingkungannya. Pencapaiannya tersebut semakin gemilang sejak mendapat pembinaan dari PHR, sejak itulah ia semakin mantap dalam mengembangkan inovasinya.

“Omzet kita meningkat sejak dibina PHR. Setahun ini luar biasa perkembangannya, dinobatkan jadi local heroes tentu sangat luar biasa. Tapi itu bukan tujuan akhir kita, tujuan saya adalah bermanfaat bagi orang banyak,” tuturnya.

Kehadiran PHR melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) tersebut telah memberikan dampak positif bagi masyarakat di WK Rokan. Perusahaan upstream migas ini berfokus pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.

Secara umum, program TJSL PHR tersebut telah dirasakan 21.000 orang pemanfaat. Berawal dengan 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun ini telah melaksanakan 30 program TJSL yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra.

Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR atau TJSL di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Seluruh program itu tercakup ke dalam 12 dari 17 target atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
**Rul

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.