DERAKPOST.COM – Direktorat Jenderal Perkebunan dan PT LPP Agro Nusantara menggelar Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan Kelapa Sawit. Pelatihan yang ditujukan bagi pekebun kelapa sawit, dari tanggal 24 Juli sampai 4 Agustus mendatang.
Pelatihan ini diinisiasi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Pelatihan ini dibuka secara resmi Kepala Dinas Perkebunan Riau, Ir Zulfadli, di Hotel Bono, Pekanbaru, Senin (24/7/2023). Dia mengapresiasi dengan ada pelatihan pengembangan SDM bagi pekebun kelapa sawit ini.
“Ini program yang bagus sekali bagi para pekebun sawit yang diadakan oleh BPDPKS dalam membangun dan mempersiapkan SDM industri kelapa sawit, baik di sektor hulu maupun hilir di industri kelapa sawit,” katanya.
Zulfadli mengatakan, sampai saat ini komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi di Riau maupun di lndonesia. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, industri kelapa sawit telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.
“Sejak tahun 1990 perkebunan kelapa sawit di lndonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama luas arealnya. Areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 26 provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Lanjutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14,99 juta hektare (ha) di tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 2,49% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang seluas 14,62 juta ha.
“Dan berdasarkan wilayahnya, Riau masih menjadi provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas pada 2022 yang luasnya mencapai 2,86 juta ha dimana 40% adalah petani swadaya.
Keberhasilan kelapa sawit dalam meningkatkan perekonomian Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran petani swadaya yang telah berkontribusi dalam peningkatan produksi kelapa sawit hingga menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia,” ujarnya.
Masih kata Zulfadli, lepas dari segala peran positifnya namun petani swadaya sampai saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan yang perlu segera diselesaikan baik oleh Pemerintah maupun pihak lain yang terlibat. Produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat masih terhitung rendah dibanding dengan perkebunan besar.
“Sehingga salah satu tantangan industri kelapa sawit ke depan adalah meningkatkan produktivitas kelapa sawit, terutama pada perkebunan kelapa sawit rakyat,” tandasnya.
Karena itu, Dinas Perkebunan Riau telah menandatangani MoU dengan Kejati terkait harga TBS untuk melindungi para petani. Harapannya dengan penandatangan MoU ini, harga TBS stabil tanpa harus dipermainkan oleh para tengkulak.
Perwakilan LPP Argo Nusantara sebagai pelaksana kegiatan, Lukito, mengatakan bahwa tujuan akhir dari program Pelatihan Teknik Pemetaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit bagi pekebun ini adalah meningkatkan nilai tambah kewirausahaan bagi pekebun kelapa sawit, mengetahui faktor penentu keberhasilan kewirausahaan pekebun kelapa sawit, dapat mengelola usaha perkebunan seperti tumpangsari, mengetahui peluang dalam pengembangan kewirausahaan, serta mengetahui konsep saling-tergantung.
“Ini selaras dengan visi dan misi dari BPDPKS yakni sebagai pengelola dana yang berperan dalam pengembangan kelapa sawit berkelanjutan sebagai salah satu komoditas strategis Indonesia. Serta mengelola dan menumbuh kembangkan dana pengembangan kelapa sawit secara profesional, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan untuk menjamin keberlangsungan program kelapa sawit berkelanjutan sebagai bentuk peningkatan dan stabilitas komoditas strategis,” katanya.
Karena itu, sambungnya, kegiatan yang melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi maupun Kabupaten ini, para peserta tidak hanya mendapatkan materi berupa teori yang disampaikan di kelas saja tapi juga akan praktik langsung mengenai teknis budidaya kelapa sawit di Koperasi KUD Tunas Muda, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. **Rul