Ini Kata Pengamat Soal Polemik Partai Gerindra di Riau

0 179

 

DERAKPOST.COM – Polemik di Partai Gerindra di Provinsi Riau seolah tiada akhir. Mulai dari pindahnya beberapa kader yang kini duduk di kursi legislatif hingga perebutan kekuasaan di tingkat pimpinan daerah.

Seperti salah satu kadernya, Aulia, yang dikabarkan berpindah partai untuk maju di Pemilu 2024. Kader lainnya, yakni Taufik Arrahman yang sudah bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dikutip dari cakaplah.com. Di Kota Pekanbaru, ada Fatullah yang duduk di DPRD Pekanbaru. Fatullah yang duduk di legislatif melalui Partai Gerindra ini dikabarkan pindah ke Partai Demokrat.

Selain banyaknya kader yang pindah, perebutan kekuasaan di Gerindra Rokan Hulu (Rohul) masih terus bergulir. Yakni setelah ‘dikudeta’ Budiman Lubis waktu lalu dari tangan Sukiman, saat ini kursi Ketua Gerindra Rohul kembali kepada Sukiman.

Melihat kondisi itu, Pengamat Politik Universitas Islam Riau Panca Setyo Prihatin mengatakan, dinamika di partai politik secara umum dibaca sebagai belantara liar perebutan kekuasaan dengan mempertaruhkan segala macam bentuk kekuatan yang dimiliki.

“Hal ini banyak terjadi, tidak hanya di Partai Gerindra, tapi di hampir banyak parpol saat ini. Proses awalnya sudah mengangkangi prinsip demokrasi seperti pelanggaran AD/ART, pembegalan ketua partai, menjadi salah satu contoh konkret dan berdampak pada rasionalisasi kepentingan internal partai, menggeser posisi di partai atau bahkan di PAW kan menjadi agenda yang tak terhindarkan,” kata Panca, Senin (7/8/2023).

Lanjut dia, ketidaksepahaman orientasi kepentingan politik juga menjadi penyebab terjadinya pendongkelan posisi, apakah ketua ataupun jabatan strategis lainnya di partai ataupun di legislatif.

“Dari perspektif ini kita bisa menggunakannya sebagai platform analisis terkait dengan pendongkelan Sukiman (beberapa waktu lalu) sebagai Ketua DPD Gerindra Rohul karena menurut saya apa yang dilakukan akibat Sukiman dianggap tidak sejalan dengan kepentingan partai di tingkat provinsi atau ada indikasi akan melakukan perlawanan dalam perebutan jabatan di partai, di legislatif ataupun kepala daerah,” kata Panca.

Panca menyebut, kondisi itu yang malah dampaknya cukup luas hingga ada ketidaknyamanan kader-kader Gerindra.
Sehingga dalam analisa, Panca ungkap, maka banyaknya kader Gerindra yang mundur juga disebabkan rasa tidak nyaman untuk kepentingan politik mereka hari ini dalam menyongsong kontestasi politik 2024. **Rul

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.