AMERIKA, Derakpost.com- Penyelidik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan dana program rudal Korea Utara berasal dari hasil curian di Kripto.
Menurut laporan PBB, Korut mencuri lebih dari US$50 juta atau sekitar Rp720 miliar di aset digital kripto dalam rentang waktu 2020 hingga pertengahan 2021 demikian laporan Sky News, Selasa (8/2/22).
Namun, pengamat bisnis, Blockchain Chainalysis,mengatakan jumlah nominal yang berbeda soal pencurian yang dilakukan Korut. Perampokan itu menghasilkan hampir US$400 juta atau sekitar Rp5,7 triliun. Jumlah ini melonjak 40 persen dari tindakan serupa di tahun sebelumnya.
Chainalysis menilai, sebagian besar perampokan tersebut tak lagi menargetkan Bitcoin, tetapi Ether, mata uang kripto, dan mata uang populer lain.
Ia juga mengatakan penjahat siber Korea Utara meluncurkan setidaknya tujuh serangan di platform cryptocurrency sepanjang 2021.
Laporan soal Korut yang mencuri Bitcoin sebagai mekanisme untuk menghindari sanksi internasional mencuat sejak 2017.
Pada 2019 lalu, PBB melaporkan Korut mengantongi sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp28 triliun untuk mendanai program nuklir dan misil mereka.
Sebelumnya, pada Mei 2017, para peneliti menghubungkan kelompok yang disponsori Korut mencuri US$1 miliar atau sekitar Rp14 triliun dari Bank Bangladesh.
Dilansir cnnindonesia. Sementara itu, Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menegaskan untuk memperkuat militer dalam pidato menjelang Tahun Baru 2022 ini.
Di Januari, Korut tercatat meluncurkan tujuh kali uji coba nuklir. Hal ini dilakukan Pyongyang untuk pamer kekuatan dan menunjukkan pada dunia bahwa mereka menjadi salah satu negara yang berpengaruh.
Padahal situasi di dalam Korut tengah kalang kabut. Warga di negara itu mengalami kelaparan, sejak Pyongyang menutup perbatasan imbas pandemi Covid-19 dan faktor bencana alam. **Rul