Ku Temui Sosok Pahlawan dalam Diri Sepupuku

0 405

Penulis : Ferdi Nasri

Masih sangat jelas dibenakku pada pagi itu gedoran pintu membuat mataku terjaga dari tidurku.


“Tok tok tok,dik dik bangun, bangun lagi dik,ayahnya Zul kecelakaan,cepat dik,bangun bangun,ayo ke rumah sakit!,”teriakan kakaku dari balik pintu kosanku.


“Astagfirullah,iya kak iya tunggu bentar,”sontak jawabku dalam keadaan panik.


Aku berlari ke kamar mandi guna untuk bersih bersih dan bersiap siap untuk pergi ke tempat rumah sakit ayahnya Zul dirawat.


Tarikan demi tarikan tali gas motorku mengantarkanku lebih cepat dari pada waktu yang biasa ditempuh ke rumah sakit itu.


Kurang dari satu jam aku sampai di rumah sakit Bangkinang.Sesampainya diparkiran,ketika aku hendak mematikan kontak mesin motorku,ada seseorang yang memanggilku dari belakang.


“Ferdi ferdi kesini,”sapaaan Zul kepadaku.


Aku pun menoleh kebelakang dan melihat sepupuku Zul tersenyum padaku.


“Eh Zul,” jawabku sambil berjalan kehadapannya.
Zul langsung membawaku dan kakaku ke ruangan dimana tempat ayahnya dirawat.


Dalam perjalanan menuju ruang ICU, Zul bercerita sedikit kronologi kecelakaan ayahnya.


“Ayahku mengalami kecelakaan ketika dalam perjalanan pulang setelah balik mengantarkanku pergi kerja ke pangkalan kelinci,namun tidak satupun orang yang melihat gimana kronologi kecelakaan itu bisa terjadi,”cakap Zul kepaku.


Zul juga bercerita bagaima keadaan ayahnya yang sedang dirawat pada saat sekarang ini.


“Ayah mengalami patah kaki,tulang rusuk patah dan bocor di bagian keninngnya,” keluh zul kepadaku seraya berhiba hati.


Perkataan Zul tersebut tentu menakutiku,tapi aku bersikeras untuk meberanikan diriku masuk ke ruangan ICU Itu,aku melihat ayahnya Zul terbaring dan meringis kesakitan di atas tempat tidur.


Aku prihatin,gak tega dan kasian melihat kondisi ayahnya Zul,ditambah lagi fasilitas rumah sakit itu tidak memadai untuk mengobati ayahnya Zul.


Bagaimana tidak,orang yang mengalami cedera separah itu kenapa alat alatnya cuman tepasang oksegen sama bius saja? Bukankah itu keterlaluan?bentakan dalam hatiku.


Setelah cukup lama melihat kondisi ayahnya Zul,datanglah salah seorang petugas rumah sakit kepadaku.


“Maaf kak,bang, waktu besuknya tinggal 5 menit lagi,”kata si petugas itu dengan wajah tersenyum kepadaku.


Tak lama kemudian aku dan kakaku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu,mengingat jam besuknya udah mau habis.


“ayo kak kita keluar lagi,jam besoknya udah mau habis,”ajakanku dengan wajah lemas kepada kakaku.


Setelah keluar dari ruangan ICU tersebut,aku mulai bertanya sedikit demi sedikit kenapa Zul tentang kejanggalan yang ku temui ruangan ICU tadi.


“Zul maaf ya sebelumnya aku mau bertanya,kenapa ayahmu tidak di pindahkan saja ke rumaah sakit yang lebih layak dan mempunyai fasilitas yang memadainya?” tanyaku padanya zul dengan nada yang lemah lembut.


Zul pun menjawab dengan bahasa seadanya.
“Dokter sudah menyarakan untuk memindahkan ayahku ke rumah sakit yang lebih memadai yang ada di Pekan Baru,ayahku harus cepat dioperasi tapi setelah ku cek rumah sakit negeri di Pekan Baru sudah penuh,yang tersisa hanya rumah sakit swasta,ya kita sama-sama taulah bagaimana biaya pengobatannya di rumah sakit swasta,” jawabnya Zul padaku.


Mendengar jawaban Zul seperti itu,aku hanya bisa terdiam,mengingat aku juga tidak mempunyai cukup uang untuk membantu Zul.


Beberapa menit kemudian sedang bercakap cakap dengan Zul keluarlah seorang wanita tua dari salah satu ruangan dokter yang menuju ke arah kami.


“Mak Tuo pemperkenalkan ini keluarga Zul dari pekan baru,” sahut Zul kepada wanita tua itu.


Aku pun memperkenalkan diri kepada wanita itu,setelah itu sesudah berkenalan cukup lama barulah wanita tua ini sedikit demi sedikit bercerita tentang keadaan ayahnya zul dan bercerita tentang kenapa ayahnya Zul tidak dipindahkan ke rumah sakit yang ada di Pekan Baru.


“Sebenarnya karna keterbatasan tanggung jawab pihak bpjs,pihak bpjs hanya sanggup membantu 4 juta,sedangkan pengobantannya ayah Zul di perkiran puluhanya juta, karna keterbatasan keuangan itu mak tuo tidak bisa memindahkan ayahnya Zul ke rumah sakit yang lebih layak,”ungkapnya kepadaku.


Mak tuo juga bercerita tentang percakapannya dengan dokter ketika ia dalam ruangan tadi.
“Buk karna keterbatasan rumah sakit ini maka pasien harus segera di pindahkan buk supaya tidak terjadi hal hal yang tak diinginkan!,”kata mak tuo menirukan perkataan dokter.


“Trus apa mak tuo jawab,”tanyaku kepada mak tuo.


“Ya dokter itu sudah berulang kali mengingatkan tapi karna keterbatasan uang tadi mak tuo bisa berbuat apa?,” jawabnya mak tuo.


“Saya sudah berusaha mencari uang untuk memindahkan pasien tapi biaya tersebut terlalu banyak,mustahil bagi saya mencari uang sebanyak itu,dan seandainya umur pasien singkat saya sudah rela,”tambah penjelasan mak tuo kepaku dengan raut muka yang mengibakan.


Pernyatakan dari Mak tuo itu membuat remuk naluri kemanusiaanku,tapi selain berdoa,apalah yang bisa dilakukan mahasiswa bodoh sepertiku ini.


Aku hanya bisa terdiam dan berdoa semoga allah membantu sepupuku ini dalam menghadapi masalah sebesar ini.


Dan yang lebih parahnya lagi keadaan seperti ini belum diketahui oleh ibunya ZUL karna ibunya Zul sedang sakit.


“Semua ini sengaja aku sembunyikan,karna keadaan fisik ibuku juga tidak memadai untuk menerima berita duka seperti ini,ibuku sedang dalam pemulihan disarankan tidak banyak pikiran sehingga aku mengambil keputusan untuk tidak memberitahu ibuku,”katanya zul dengan raut muda yang menyedihkan.


Banyak keluh kesah yang di ceritakan Zul kepadaku ketika di rumah sakit itu.Keluh tentang keluarganya yang tidak empati kepadanya juga menambah beban pikiran baginya,bagaimana tidak saat ku temui Zul di rumah sakit Zul cuman berdua bersama Mak Tuanya tadi itu.


Aku pun bertanya sekali lagi kepada Zul keluarga mu yang lain kemana? Zul menjawab tidak ada yang bisa kesini lantaran jarak rumah sakit dari kampungkan cukup jauh jawabnya Zul kepadaku.


Mendengar pertanyaan seperti itu membakar jiwaku kenapa orang orang bersikap seperti itu kepada Zul padahal ini bukan masalah main main lagi,ini sudah menyangkut hidup dan mati,kenapa hanya karna jarak mereka mencuekan Zul,betapa kejamnya dunia ini kepadamu Zul,ungkapku.


Zul hanya bisa berkata aku sudah mengabari semua orang,namun orang- orang itu cuman menanya-nanya saja tanpa memberi sedikit bantuan kepadaku sedangkan uang di sakuku hanya tinggal 150 ribu saja,tambahnya dengan raut muka yang menyedihkan.


Aku langsung menelfon ayahku dan beberapa kerabat yang ada di rantau supaya bisa sedikit membantu Zul dalam masalah keuangan ini,alhamdulillah kerabat di rantau mau membagi sedikit rezki untuk Zul.


Setelah bertanya banyak kepada Zul hari pun mulai sore aku pun berniat untuk pamit pulang kepada Zul karna urusan kuliah juga mendesakku untuk lekas balik ke Pekan Baru.


Aku pun melanjutkan perjalanan balik ke Pekan Baru dengan mengendarai motor matic,vario biru.


Keesokankan harinya pukul jam 6 pagi,aku kembali dibangunkan oleh gedoran pintu kosku untuk yang kedua kalinya,namun gedoran yang kedua kali ini lebih keras dari pada pertama.

“blupak blupak dik dik cepat bangun ayahnya Zul meninggal,” teriakan kakakku dari luar kosku.

Inalillahi wa innalillah rojiun ucapku dalam hati sambil gemetaran,iya kak sahutku kepada kakaku.

Tanpa pikir panjang aku mengambil kunci motorku dan menggaskan motor vario biruku itu ke rumah sakit Bangkinang.

Namun takdir berkehendak lain sesampainya aku di rumah sakit Bangkinang,Zul telah membawa ayahnya ke Pangkalan Kelinci untuk di makamkan.

Aku merasa sedih karna aku tidak ada disisi Zul ketika iya sedang mengalami musibah besar,aku benar benar sedih kala itu.

Disisi lain sosok Zul banyak mengajarkanku bagaimana menjadi seorang yang tegar walaupun diurung masalah.

Peristiwa ini juga seolah olah menyindir kehidupanku,bagaimana tidak aku yang selalu mempermasalahan masalah-masalah kecil yang seharusnya takku pikirkan,bahkan aku pernah putus asa karna masalah kecil tersebut, namun berbeda dengan sosok Zul dalam menghadapi masalah.

Zul sangat tegar,Zul sangat sabar,bahkan saking sabarnya ia masih tetap bisa tersennyum kala itu,dan berkata mungkin ini jalan terbaik untuku dari tuhan.

Keteguhan jiwa Zul bak seperti pahlawan sedang menghadapi malasah,itulah yang aku lihat pada diri Zul.betapa besarnya masalah yang ia hadapi namun sifat penyabar,ikhlas dan tabah membuat ia seperti pahlawan bagiku.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.