JAKARTA, Derakpost.com- Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan
invasi militer ke Ukraina sudah melewati hari ke-11 dan belum ada tanda-tanda situasi akan mereda.
Secara mendasar, langkah militer yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin itu dilandasi oleh keinginan pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menganggapnya sebagai ancaman, Putin mengumumkan apa yang ia sebut dengan “Operasi Militer Khusus” ke Ukraina.
Berbicara dalam webinar yang digelar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin (7/2), Duta Besar RI untuk Rusia periode 2016-2020, Wahid Supriyadi mengatakan, ada dua skenario dari invasi militer Putin ke Ukraina.
“Serangan militer itu skenarionya cuma dua sebenarnya. Pertama, Zelensky menyerah dan berjanji tidak akan ikut NATO. Yang kedua, (Zelensky) dijatuhkan dan diganti dengan pemimpin yang pro-Rusia,” ujarnya yang dilansir cnnindonesia.
Namun melihat kenyataan di lapangan, Wahid menilai, situasi saat ini sudah jauh berbeda dengan rencana Putin.
Ternyata ini di luar perkiraan Putin, yang saya kira awalnya dia yakin satu atau dua hari Ukraina bisa jatuh, kenyataannya adalah tidak terjadi.
Situasi juga diperburuk dengan penolakan di dalam negeri terhadap keputusan tersebut, termasuk menjamurnya aksi demonstrasi anti-perang. Berbagai media melaporkan ada ribuan pengunjuk rasa yang ditangkap.
Di samping itu, Wahid juga melihat ada sejumlah tokoh di lingkaran dekat Putin yang mulai mengkritik keputusan tersebut, seperti Oleg Deripaska dan Mikhail Fridman.
Deripaska dikenal sebagai oligarki perusahaan aluminium terbesar di dunia. Sedangkan Fridman adalah pendiri Alfa Bank.
Anak perempuan mantan Presiden Boris Yeltsin, Tatyana Borisovna Yumasheva juga memberikan kritik. Hal serupa juga dilakukan menantu Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, orang populer nomor dua di Rusia setelah Putin.
“Memang ada tokoh oposisi, yaitu (Alexei) Navalny, tapi sejauh ini dia belum kuat,” tambahnya. **Rul