Bupati Meranti Asmar Resmikan Pelayaran Perdana KMP Tirus Meranti yang Layani Perintis Alai Insit-Tanjung Buton

DERAKPOST.COM – Deburan ombak iringi perjalanan baru yang penuh harapan. Di tengah semilir angin laut dan langit yang masih diselimuti kabut tipis, kapal Roll On Roll Off (RoRo) KMP Tirus Meranti terlihat megah saat bersandar di dermaga Desa Insit, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Selasa (22/4/2025).

KMP Tirus Meranti melayani pelayaran perdana dengan rute Alai-Insit menuju Kampung Balak dan selanjutnya ke Pelabuhan Tanjung Buton, Desa Mengkapan, Kabupaten Siak Sri Indrapura yang membuka lintasan perintis yang selama ini hanya menjadi impian.  Dengan hadirnya kapal ini, konektivitas antara daratan Sumatera menuju Kabupaten Kepulauan Meranti kian terhubung lebih erat, seolah menjemput kembali denyut ekonomi masyarakat Kepulauan Meranti yang sempat tersendat saat KMP Berembang berhenti beroperasi.

Ini bukan sekadar pelayaran biasa, melainkan momen bersejarah bagi masyarakat pesisir yang selama ini mendambakan akses transportasi yang lebih mudah dan terjangkau.

Suasana penuh suka cita tampak di dermaga saat pelayaran perdana itu diresmikan. Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar, hadir langsung memimpin peresmian yang ditandai dengan pemotongan pita di haluan kapal didampingi Ketua DPRD Khalid Ali, Wakapolres Kompol Maitertika, serta jajaran pejabat lain seperti Kepala KSOP Kelas IV Selatpanjang Derita Adi Prasetyo, Kepala Dinas Perhubungan Kepulauan Meranti, Agusyanto Bakar, perwakilan PT ASDP Indonesia, BPTD, Kejaksaan, Imigrasi Selatpanjang dan, Pos AL Selatpanjang dan lainnya. Sorotan mata mereka memancarkan harapan, dimana akses akan lebih cepat, ekonomi yang bergerak, dan masyarakat yang tak lagi terisolasi.

Tak hanya melayani lintasan Tanjung Buton, KMP Tirus Meranti juga tetap akan berlayar ke Dumai, memperluas jangkauan dan manfaat yang diberikan kepada masyarakat. Semua pihak berharap KMP Tirus Meranti akan menjadi jembatan harapan menuju masa depan yang lebih baik.

GM PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Batam, diwakili Supervisi Dumai Harianto dalam sambutannya mengatakan bahwa pembukaan lintasan ini adalah ikhtiar untuk menjaga nadi ekonomi masyarakat agar tetap berdetak.

“Pembukaan lintasan ini kembali sangat penting agar tidak terputus akses ekonomi masyarakat di Kepulauan Meranti. Semoga Tirus tidak hanya berhenti di Buton, tapi juga bisa menjelajah hingga ke Batam dan wilayah Kepri lainnya dan kita harapkan dukungan itu dimana Bupati dan DPRD dapat mengekspos ini ke kementerian perhubungan,” ujarnya penuh harap.

Bukan hanya menjadi penghubung antar pulau, kapal ini juga membawa cita-cita besar dari para pengelola transportasi. Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Provinsi Riau, diwakilkan Wasatpel Pelabuhan Roro Mengkapan Syaifudin Ajie Panatagama menyebut pembukaan lintasan ini sebagai tonggak awal pertumbuhan ekonomi Kepulauan Meranti.

“Sebagai daerah kepulauan, kekuatan kita ada pada transportasi air. Ini bukan hanya tentang pelabuhan dan kapal, ini tentang membuka jalan bagi kesejahteraan warga,” katanya.

Ia menyebut, pembangunan Pelabuhan Roro Alai-Insit bersamaan dengan Pecah Buyung pada tahun 2019 merupakan bukti perhatian pusat yang jarang terjadi—dua pelabuhan sekaligus di satu kabupaten. Kini, tugas selanjutnya adalah mengembangkan rute ke Batam, agar  Kepulauan Meranti bisa menjadi simpul penting di tengah lalu lintas perdagangan laut.

“Pembukaan kembali lintasan ini menjadi tonggak awal untuk perkembangan ekonomi, dimana akses akan lebih mudah dilalui nantinya. Pelabuhan Roro Alai-Insit ini dibangun bersamaan dengan pelabuhan di Pecah Buyung oleh kementerian pada tahun 2019 lalu. Kondisi ini jarang terjadi, dimana Kepulauan Meranti satu-satunya nya kabupaten yang dibangun dua pelabuhan roro. Selanjutnya jika rute ke Batam nantinya bisa kita tembus, ini akan menjadi penyangga dan mengurangi beban kendaraan di Buton dan bisa jadi trayek pilihan,” ujarnya.

Wasatpel Pelabuhan Roro Mengkapan, Syaifudin Ajie Panatagama, memaparkan bahwa terbukanya lintasan roro bukan hanya soal pergerakan kapal dan barang, tetapi juga tentang membuka peluang baru menuju integrasi antarwilayah yang lebih luas.

Menurutnya, jarak Kepulauan Meranti ke Batam, Kepulauan Riau, hanya sekitar 60 mil laut. Dengan kecepatan pelayaran rata-rata, waktu tempuh menuju Batam bisa hanya lima jam—dan ongkos perjalanan masih sangat mungkin untuk disubsidi pemerintah dengan menggunakan trayek Dompak di Tanjung Pinang. Sementara itu, jika arah pelayaran dialihkan ke Johor Bahru, Malaysia, jaraknya lebih dekat lagi, hanya 30 mil laut yang dapat ditempuh sekitar tiga jam.

“Artinya, Meranti punya potensi besar untuk terkoneksi langsung dengan pusat pertumbuhan ekonomi nasional maupun internasional. Ini bukan mimpi, ini peluang nyata,” ucapnya penuh semangat.

Tak berhenti di situ, ia juga mengusulkan konsep transportasi terpadu yang terinspirasi dari program Durolis (Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis). Ia menyebut, sudah saatnya Meranti menggagas integrasi baru yang dinamai SIMERDU—singkatan dari Siak, Meranti, Dumai.

“Dengan SIMERDU, kita membangun kekuatan konektivitas kawasan pesisir timur Riau, memperkuat integrasi antar kabupaten, dan membuka akses dagang dan logistik lebih luas hingga ke perbatasan negara,” katanya.

Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar sebelum melakukan peresmian, memantau terminal pelabuhan Roro Alai-Insit. Ia menyusuri terminal pelabuhan itu dengan pandangan tajam. Sesekali ia berhenti, memerhatikan lantai yang telah pecah—tanda ketidaksiapan infrastruktur menyambut era baru konektivitas.

“Ini tidak layak. Siapkan usulan perbaikan, kita ajukan ke kementerian,” ucap Asmar tegas kepada dinas terkait. Baginya, konektivitas bukan hanya soal pelayaran yang berjalan, tetapi kesiapan seluruh elemen pendukung, termasuk terminal yang aman dan nyaman bagi pengguna jasa.

Kepada jajaran, ia juga menekankan pentingnya pengawasan. Akses yang terbuka, menurutnya, bukan hanya membuka peluang ekonomi, tapi juga potensi kerawanan. Ia meminta kepolisian dilibatkan untuk pengamanan dan pemeriksaan rutin guna mencegah tindak kriminal seperti pencurian kendaraan bermotor.

Namun di balik ketegasan itu, tersimpan harapan besar. Dalam sambutannya saat meresmikan pelayaran perdana KMP Tirus Meranti dari Alai-Insit menuju Pelabuhan Mengkapan Tanjung Buton, suara Asmar terdengar optimis dan penuh syukur.

“Ini tonggak sejarah baru. Dengan terbukanya lintasan ini, konektivitas Meranti menuju daratan Sumatera menjadi lebih mudah dan cepat. Ini akan memperlancar arus barang, orang, dan membuka pintu kemajuan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Pelayaran ini menjadi lompatan besar. Jika sebelumnya perjalanan menuju Sungai Selari membutuhkan waktu delapan jam, kini hanya empat jam menuju Mengkapan—dengan tarif yang lebih murah dan terjangkau.

Atas nama Pemkab Kepulauan Meranti, Asmar menyampaikan rasa terima kasih kepada Kementerian Perhubungan, BPTD Kelas II Riau, Pemerintah Provinsi Riau, serta PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Batam yang telah mewujudkan harapan ini menjadi kenyataan.

“Ini bukan akhir. Ini justru permulaan. Kita terus bergerak, menjahit konektivitas antarpulau, mempermudah akses dan menggerakkan ekonomi demi Meranti yang lebih maju dan sejahtera,” tukasnya.

Meski efisiensi anggaran menjadi tantangan yang tak bisa dielakkan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti tetap gigih memperjuangkan pembukaan lintasan perintis Mengkapan. Sejak tahun 2024, melalui Dinas Perhubungan, usulan itu terus didorong ke Kementerian Perhubungan. Akhirnya, pada tahun 2025, pelayaran itu resmi bisa dinikmati masyarakat—dengan skema subsidi yang membuat tarifnya ramah di kantong rakyat.

Namun perjuangan tak berhenti di situ. Masih ada mimpi yang belum tersentuh air laut yakni penyeberangan dari Alai-Insit menuju Tanjung Balai Karimun dan Batam, dua gerbang utama Kepulauan Riau.

“Kami mengharapkan usulan lintasan ke Kepulauan Riau disetujui oleh kementerian,” ungkap salah satu pejabat yang terlibat dalam perjuangan panjang ini. “Potensinya besar. Arus penumpang dan barang dari Meranti ke wilayah Kepri sangat tinggi. Ini bukan sekadar kebutuhan, ini keharusan.”

Dengan suara yang penuh keyakinan, ia menambahkan harapan yang juga menjadi suara bersama rakyat pesisir.

“Semoga harapan kita dalam mewujudkan pelayanan transportasi yang aman, terjangkau, dan berkesinambungan dapat benar-benar terlaksana,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, sebuah suara optimis terdengar. Agusyanto Bakar, Kepala Dinas Perhubungan, menyuarakan harapan besar bagi masa depan wilayah kepulauan yang kerap terlupakan itu. Dalam nada bicara yang tegas namun sarat harapan, ia menyampaikan bahwa Kepulauan Meranti tergolong dalam kategori wilayah 3T—Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Predikat itu bukanlah beban, melainkan semangat untuk terus bergerak maju.

“Wilayah ini terdiri dari pulau-pulau yang terpisah laut. Jadi, keterhubungan bukan lagi keinginan, tapi kebutuhan mutlak,” ucap Agusyanto.

Dengan dasar pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Perhubungan mengusulkan rute pelayaran perintis menggunakan kapal Roro ke Pelabuhan Buton, dan kini, rute tersebut telah disetujui Kementerian Perhubungan. Ini bukan sekadar jalur pelayaran baru—melainkan sebuah pintu keluar dari keterisolasian yang selama ini menghimpit aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.

“Tujuan kita jelas, membuka akses, mengatur arus barang dan manusia agar lebih tertib, lebih cepat, dan tentunya lebih murah. Ini tentang memotong jarak dan waktu, tapi juga tentang memangkas rasa lelah yang selama ini dipikul masyarakat kami,” lanjutnya.

Bagi Agusyanto, pelayaran ini bukan hanya soal kapal dan pelabuhan saja, tapi tentang masa depan. Ia yakin, terbukanya akses ini akan menjadi awal dari konektivitas yang lebih luas, mempertemukan Meranti dengan dunia luar, dan memperkuat simpul-simpul kehidupan dari pesisir ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

“Semoga dengan dibukanya akses ke Buton, dan nantinya ke Karimun dan Batam, bukan hanya arus barang dan orang yang mengalir, tapi juga harapan dan semangat untuk hidup lebih baik,” tuturnya.

Kepala Dinas Perhubungan Kepulauan Meranti itu kembali menegaskan pentingnya pembukaan akses laut bagi masa depan wilayah kepulauan yang ia layani.

Baginya, hadirnya pelayaran rute Alai-Insit menuju Buton bukan sekadar soal perjalanan dari satu dermaga ke dermaga lain. Ini adalah awal dari perubahan besar yang akan mempengaruhi denyut ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Dengan terbukanya akses ini, kita tidak hanya menekan harga kebutuhan pokok yang selama ini mahal karena biaya distribusi tinggi, tetapi juga membuka peluang sumber pendapatan asli daerah. Ini bisa menggerakkan roda ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Dalam konteks ini harus diakui bahwa transportasi laut ini pembangunannya merupakan hal yang sangat krusial karena dia menjadi titik simpul konektivitas antar pulau dan menjadi urat nadi perekonomian daerah,” ujar Agusyanto, penuh semangat.

Ia mengakui, transportasi laut memiliki peran yang sangat krusial. Sebagai daerah kepulauan, Meranti sangat menggantungkan diri pada moda ini. Laut bukan sekadar batas antarwilayah—ia adalah penghubung harapan dan kesempatan.

“Transportasi laut adalah simpul konektivitas yang menyatukan pulau-pulau kecil kami. Ia ibarat urat nadi yang mengalirkan kehidupan bagi masyarakat Meranti. Maka, membangun akses laut artinya membangun peradaban di tengah keterpencilan,” katanya.

Saat ini, rute Alai-Insit ke Buton memang masih beroperasi seminggu sekali. Namun ia optimis, dengan dukungan dan respons masyarakat, frekuensi pelayaran dapat ditingkatkan ke depannya.

“Rute ke Dumai memang kurang padat, tapi lintasan ke Buton ini kita perjuangkan karena benar-benar dibutuhkan masyarakat pulau. Kami berharap ini menjadi awal dari jaringan konektivitas yang lebih luas dan berkelanjutan,” tutup Agusyanto.

Lebih rinci Hasrizal selaku Kepala Pelabuhan Penyeberangan Roro Alai-Insit menjelaskan kapal KMP Tirus kini menjadi tumpuan baru masyarakat Kepulauan Meranti untuk mengarungi laut dan membuka konektivitas antarwilayah.

“KMP Tirus masih akan melayani rute ke Dumai dua kali seminggu, yakni Rabu dan Sabtu, pukul enam sore,” tutur Hasrizal, sembari menunjukkan jalur pelayaran yang tertulis rapi di jadwalnya.

Namun, yang menjadi harapan baru adalah trayek menuju Tanjung Buton. Sebuah jalur yang sudah lama diidamkan warga untuk memangkas waktu dan biaya tempuh ke Pulau Sumatera.

“Pelayaran ke Buton dimulai setiap hari Senin pukul 09.00 pagi, dan kapal akan kembali ke Meranti pada Selasa pagi di waktu yang sama. Ini baru satu kali seminggu, tapi kami akan evaluasi. Kalau permintaan tinggi, bisa dua kali dalam seminggu,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, keberadaan KMP Berembang kini tinggal kenangan. Kapal itu telah berhenti berlayar dan kabarnya akan ditarik ke Tembilahan karena dampak efisiensi. Sebagai gantinya, KMP Tirus hadir dengan rute perintis dan biaya yang disubsidi pemerintah agar tetap terjangkau bagi masyarakat.

“Rencana tahun depan, pelayaran ke Dumai akan ditutup. Kita usulkan rute baru ke Punggur, Batam. Ini bagian dari strategi besar untuk memperluas konektivitas dan mendukung geliat ekonomi warga kepulauan,” tambah Hasrizal.

Hasrizal, Kepala Pelabuhan Roro Alai-Insit, memaparkan secara rinci tarif kapal roro yang kini melayani lintasan Alai-Insit – Kampung Balak – Tanjung Buton. Dengan semangat transparansi dan keterjangkauan, ia berharap layanan ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat lintas lapisan.

“Untuk penumpang dewasa dengan kode D1, tarifnya Rp 29.000, sementara anak-anak dengan kode A1 dikenakan Rp 9.400,” ujar Hasrizal.

Tak hanya untuk penumpang, kendaraan pun mendapat perhatian. Sepeda (Golongan I) dikenakan tarif Rp 46.190, sepeda motor (Golongan II) Rp 80.800, dan kendaraan seperti motor 200 cc ke atas, becak, dan gerobak (Golongan III) dikenakan tarif Rp 205.510.

Mobil pribadi atau sedan (Golongan IV A) dikenakan tarif Rp 476.745, sedangkan pickup (Golongan IV B) dikenakan Rp 451.559. Untuk truk roda empat (Golongan V A), tarifnya Rp 720.475, dan truk roda enam (Golongan V B) Rp 662.931.

Kendaraan besar seperti truk tronton roda delapan (Golongan VI A) dibanderol Rp 1.239.450, sedangkan untuk Golongan VI B tarifnya Rp 1.136.362.

“KMP Tirus Meranti melewati perairan yang sempit. Dengan rata-rata kecepatan 6-10 knot, waktu tempuh menuju Tanjung Buton sekitar 3 hingga 4 jam,” jelas Hasrizal, menutup penjelasannya.

Di tengah geliat perubahan dan harapan baru bagi warga Kepulauan Meranti, KMP Tirus Meranti melaju menyusuri selat sempit menuju Tanjung Buton. Kapal penyeberangan ini tak hanya menjadi moda transportasi, tapi juga simbol keterhubungan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah kepulauan yang selama ini terisolasi.

KMP Tirus Meranti kini menjadi harapan besar bagi konektivitas Meranti. Setiap tarif yang diumumkan bukan hanya angka, tetapi bagian dari upaya besar menghadirkan keadilan akses dan efisiensi ekonomi di ujung timur Riau ini.  (Rilis)

AsmarbupatiKapalMERANTI
Comments (0)
Add Comment