DERAKPOST.COM – Pare, dikenal ini suatu sayuran pahit dikonsumsi. Tapi dalam hal itu, beda ditangan olahan pasangan suami istri yaitu Jefri dan Suryani yang mengolah pare menjadi cemilan enak dan laris pada saat ini.
Jefri yang sedang duduk dalam rumah di Perumahan Permata Bening, Jalan Teropong, Kelurahan Sidomulyo Barat, Marpoyan Damai, Pekanbaru. Ia baru saja selesai mengantarkan beberapa produk cemilan ke sejumlah gerai oleh-oleh.
Jefri menyambut dengan hangat saat awak media mampir ke dapur produksinya. Masih suasana Lebaran Idulfitri, Jefri menawarkan aneka macam kue. Mata langsung tertuju ke bungkusan keripik pare. Ternyata sayur pare yang selama ini dikenal dengan cita rasa pahitnya, ternyata bisa diolah jadi keripik yang renyah dan lezat.
Jefri merintis usaha ini bersama istrinya, Suryani sejak 2019 akhir. Sebelum pare, keduanya memproduksi keripik singkong dan tempe. Namun dikarenakan harus bersaing dengan produsen lain, akhirnya mereka berinovasi mengolah pare menjadi keripik.
“Kami dulunya tinggal di Batam, Kepulauan Riau. Kemudian pindah ke Taluk Kuantan, Kuantan Singingi dan mulai coba buka usaha keripik. Tapi melihat Pekanbaru lebih berpotensi, akhirnya kami pindah. Dan tercetuslah keripik pare,” ujar Jefri saat ditemui.
Dikutip dari halloriau.com. Untuk bagian produksi, ditangani oleh istrinya, Suryani. Dalam sehari mereka bisa memproduksi 100 bungkus keripik pare. Dengan harga jual Rp 15 ribu untuk kemasan 75 gram.
Suryani menceritakan awal membuat keripik pare penuh tantangan. Sebelum seperti sekarang, ide pembuatan keripik pare ini berawal dari keinginan Suryani dan suaminya, Jefri, untuk membuat sesuai yang unik, namun bernilai jual.
Pada awal merintis, mereka sempat beberapa kali gagal. Pernah hasilnya gosong dan rasa keripiknya masih pahit. “Kami tak menyerah, coba terus, meski beberapa kali gagal. Sampai akhirnya kami berhasil membuat keripik pare Bigone seperti sekarang ini,” ujarnya.
Suryani menyebut untuk menghilangkan rasa pahit, buah pare yang sudah diparut direndam dalam air garam selama sekitar 4 jam. Lalu meniriskannya, baru melapisinya dengan adonan tepung bumbu sebelum digoreng.
“Tidak ada bahan pengawet, kami cuma pakai tepung dan bumbu alami,” sebutnya Suryani. Dirinya ini bersyukur keripik pare buatannya bisa diterima pasar. Bahkan itu setiap pameran, produk keripik pare bigone sukses mencuri perhatian. Kini selain ada keripik pare.
Katanya, karena banyak yang penasaran, pare jadi keripik. Ada juga yang tanya-tanya tips pembuatannya. Pernah juga ada buyer yang tertarik ingin menjualkan produk ini ke Malaysia. Tentu siap saja, karena untuk kapasitas produksi tersebut mampu.
Pencapaiannya saat ini diakui Suryani berkat dukungan berbagai pihak, salah satunya BRI. Pada 2022, pengajuan pinjaman Rp 15 juta untuk usahanya disetujui BRI. Setelah lunas pada tahun 2024, pihaknya kembali mengajukan pinjam Rp 19 juta dan kembali disetujui BRI.
Selain bantuan permodalan, UMKM Syuryani yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Karya Bening Sejahtera juga mendapatkan fasilitas pembayaran melalui QRIS dari BRI. Bahkan, BRI turut memfasilitasi mereka untuk mengikuti berbagai pameran dan bazar, yang semakin memperluas jangkauan produknya.
Sementara itu, Pembina UMKM Forum Pekanbaru Kota Bertuah (FPKB), Masril Ardi mengatakan di Pekanbaru ada banyak pelaku usaha mikro yang berpotensi untuk dipasarkan secara luas. Termasuk Keripik Pare Bigone buatan Suryani mestinya bisa diberdayakan apalagi kalau sampai ekspor.
“Karena untuk Pekanbaru ketersediaan bahan baku melimpah dan harga juga relatif terjangkau. Harusnya produk UMKM ini bisa diberdayakan. Kita juga apresiasi pihak bank yang membantu permodalan. Namun tak kalah pentingnya juga strategi pemasaran harus dibekali ke pelaku UMKM. Agar ke depan bisa bersaing dengan produk-produk dari daerah lain, atau bahkan siap ekspor,” sebutnya.
BRI tiap tahunnya berkomitmen untuk terus memberikan dampak positif ke para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha. Salah satunya dengan memfasalitasi pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta berbagai pelatihan hingga memperluas pemasaran seperti diikutkan pada event BRI EXPO(RT).
Sementara itu Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Pekanbaru, Reza Syahrizal Setiaputra mengatakan pihaknya memang memberikan perhatian lebih kepada pelaku UMKM. Pihaknya terus meningkatkan portofolio pembiayaan untuk segmen UMKM.
Upaya ini dilakukan sebagai cara memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Untuk tahun 2025, BRI terus berkomitmen memajukan UMKM melalui pembiayaan, pembinaan, dan akses ke pasar internasional.
“Penyaluran KUR di sektor UMKM untuk tahun 2025 tetap dimaksimalkan. Dengan mendorong realisasi KUR diharapkan bisa membuat UMKM naik kelas. Di samping kita juga mensupport dengan mengadakan pelatihan dan pembinaan,” ujarnya.
Apalagi UMKM punya dampak ke masyarakat sekitar cukup besar. Jika UMKM tumbuh dan berkembang, tentunya berdampak pada terbuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar usaha.
BRI berhasil sebagai mitra strategis pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Sehingga BRI mendapat penghargaan Best SME Bank in Indonesia dalam ajang The Asian Banker (TAB) Global Excellence in Retail Finance Awards 2025 yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang. Penghargaan ini bukti nyata dan semakin menegaskan posisi BRI sebagai pemimpin dalam layanan perbankan bagi UMKM di Indonesia. (Dairul)