DERAKPOST.COM – Festival Subayang digelar oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau, mulai tanggal 15 hingga 17 Juli 2022. Kegiatan ini memilih lokasi di alam terbuka, Desa Gema, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Ratusan wisatawan mendatangi festival ini menikmati sejumlah agenda. Adapun sejumlah agenda yang disuguhi panita, mulai dari pameran UMKM, pertunjukan musik dan tari, pelatihan desa wisata, pacu perahu, fesyen show, dan hingga berburu ikan di lubuk larangan.
Di tepian sungai Subayang pihak panita menyulap kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling ini jadi camping ground. Dengan ada ratusan tenda dome warna oranye berjejer tersusun rapih, beralas rumput hijau, yang berhadapan dengan lanskap perbukitan.
“Alhamdulillah Festival Subayang telah terlaksana 3 hari 2 malam. Maka, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pengunjung dan bahkan panitia terlibat menyukseskan festival ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, Senin (18/7/2022).
Dikutip dari mediacentre.riau.go.id. Roni mengatakan, festival Subayang adalah sebuah upaya dalam menjaga alam dan memelihara kultur. Melibatkan seluruh pihaknya berkompeten mulai dari tokoh adat setempat, dan pihak pemerintahan sampai Kementerian Pariwisata RI.
Karena di Subayang ini, sebut Roni, para wisawatan itu dapat untuk menyaksikan kembali ragam kearifan lokal. Selain itu, tema lingkungan untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian alam memang jadi salah satu topik menarik berwisata ke destinasi ini.
“Satu diantara solusi yang memperkuat Subayang sebagai kawasan wisata. Dan beerharap, kedepanya masyarakat turut dapat terlibat bagaimana mengeksplor potensi yang ada di daerah ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat setempat tidak hanya hadir sebagai penonton tapi juga sebagai pelaku usaha wisata.
Diketahui, dari agenda berburu ikan di lubuk larangan sungai Subayang malah menjadi daya pikat wisatawan. Pantia kegiatan bersama warga setempat telah menyiapkan alat tangkap serta perahu kecil untuk digunakan menyusuri sungai Subayang.
Untuk sampai ke lokasi itu, masyarakat hanya bisa dengan perahu. Sebab tidak ada jalur darat untuk membelah hutan asri yang ada didalam kawasan Suaka Margasatwa Rimba Baling tersebut. Hal utama sebelum berangkat, masyarakat yang ikut juga harus ikut tradisi adat.
Terutama disaat sebelum masuk lubuk larangan yang ditutup sejak beberapa tahun belakangan. Setibanya di lokasi, masyarakat adat itu, mulai memasang jaring di hulu dan hilir sungai Subayang itu telah ditetapkan jadi lubuk larangan. Selanjutnya, jala dapat dilempar untuk menangkap ikan.
Dodi salah seorang pemuda setempat, mengatakan, hal pembongkaran lubuk larangan dilakukan setelah satu tahun tak boleh dijamah atau diambil ikannya. Sehingga setelah lubuk itu dibuka ikan akan melimpah. “Jadi untuk hal Festival Subayang ini, kita sudah siapkan buka lubuk larangan,” katanya.
Dodi menjelaskan, untuk lubuk larangan yang dibuka ini adalah milik pemuda di Desa Gema atau setempat. Hal panen, ternyata dilemparan pertama dapat ikan ampala super yang rata-rata berat per ekor 3 Kg. Pencarian itu kembali dilanjut dengan juga menyusur sepanjang lubuk dengan panjang sekitar 300 meter.
Dari penjualan itu, terlihat banyak ikan air tawar didapatkan dari lubuk sedalam 1-1,5 meter tersebut. Ada ikan ampala, kapiek dan ikan tabang alan. “Jenis ikan ampala, kepiek, tabang alan ada sekitar 100 Kg ini yang kita dapatkan kemarin,” kata Dodi menutup pembicaraan. **Rul