Duel Ulang di Pilkada Siak: Incumbent vs. Penantang, Siapa yang Lebih Gesit?

POLITIK itu seperti pertandingan tinju. Kadang pukulan pertama tidak menentukan pemenang, yang lebih penting adalah siapa yang masih berdiri di ronde terakhir. Nah, itulah yang sedang terjadi di Kabupaten Siak, Riau. Pilkada yang sudah selesai ternyata masih menyisakan ronde tambahan: Pemungutan Suara Ulang (PSU).

Seperti cerita klasik di banyak daerah, kali ini pertarungan mempertemukan petahana, Alfedri-Husni Merza, melawan penantang, Afni Zulkifli-Syamsurizal. Dalam duel sebelumnya, selisih suara hanya 224. Tipis, seperti lapisan kulit risoles! Maka, PSU di tiga TPS ini bisa menjadi ajang pembuktian siapa yang benar-benar punya jurus pamungkas.

Sebagai petahana, Alfedri punya akses ke infrastruktur politik dan birokrasi yang mumpuni. Bukan rahasia lagi kalau di banyak daerah, petahana kerap mendapat ‘keuntungan alami’ dalam mobilisasi pemilih. Bukan berarti pasti curang, tapi namanya sudah duduk di kursi empuk, tentu banyak yang segan atau merasa ‘dekat’ dengan pemimpin yang sudah ada.

Salah satu medan tempur utama PSU ini adalah RSUD Tengku Rafi’an. Nah, ini menarik. Rumah sakit itu seperti benteng dengan ratusan ASN dan tenaga medis di dalamnya. Jangan heran kalau tiba-tiba ada yang mendadak rajin sidak, memberi insentif atau memperbanyak ‘kunjungan kerja’. Bukan kampanye loh ya, hanya sekadar menunjukkan perhatian kepada para tenaga medis. Tapi ya, namanya manusia, perhatian yang tepat waktu bisa membentuk persepsi yang berbeda.

Lalu ada faktor bantuan sosial (Bansos) dan program pemerintah. Di tahun politik, bansos itu ibarat durian runtuh. Bisa meringankan beban, tapi juga bisa jadi alat kampanye terselubung. Apakah ada indikasi itu di Siak? Belum ada bukti konkret, tapi sejarah pilkada di daerah lain menunjukkan bahwa program pemerintah sering kali menjadi senjata halus petahana.

Dan jangan lupakan perangkat desa dan tokoh masyarakat. Mereka ini bisa menjadi ‘juru bicara’ tak resmi yang mengarahkan pemilih di detik-detik terakhir. Kalau ada yang tiba-tiba lebih aktif menyampaikan ‘wejangan’, bisa jadi mereka sedang menjalankan ‘misi’. Tapi sekali lagi, ini hanya dinamika politik biasa, tidak ada yang istimewa (atau malah sangat istimewa?).

Strategi Penantang: Main Cantik dan Cerdas

Kalau petahana punya keunggulan struktur, Afni Zulkifli harus bermain lebih lincah. Tak bisa hanya mengandalkan janji perubahan, harus ada strategi jitu untuk merebut suara di tiga TPS yang menjadi kunci.

Pertama, pengawasan ketat. PSU ini ibarat laga final, dan wasitnya harus benar-benar netral. Tim Afni harus memastikan bahwa tidak ada mobilisasi pemilih yang mencurigakan atau ‘keajaiban administratif’ seperti daftar hadir yang tiba-tiba bertambah. Kalau perlu, kawal hingga ke bilik suara (secara sah tentunya).

Kedua, manfaatkan suara ASN dan tenaga medis. Ini bukan berarti ‘menekan’, tapi lebih kepada menggali aspirasi mereka. Kalau ada keluhan soal kebijakan rumah sakit atau kesejahteraan tenaga kesehatan, inilah momen emas untuk menawarkan solusi yang lebih baik. Tentu saja tanpa janji-janji yang nanti sulit ditepati.

Ketiga, ciptakan gelombang opini. Dalam politik, persepsi itu separuh kemenangan. Kalau Afni bisa menggiring opini bahwa perubahan itu perlu dan petahana sudah terlalu lama berkuasa, maka suara bisa beralih. Tapi harus hati-hati, jangan sampai strategi ini malah membuat pemilih bimbang dan akhirnya golput.

Adu Strategi di Ronde Terakhir

PSU ini bukan sekadar ulangan, tapi penentuan siapa yang lebih cerdik membaca situasi. Petahana punya keunggulan infrastruktur, tapi itu bukan jaminan kemenangan. Penantang punya momentum, tapi harus bisa mengubah momentum itu menjadi angka di TPS.

Pada akhirnya, siapa yang menang? Ya, tergantung siapa yang lebih lihai dalam memainkan strategi tanpa melanggar aturan. Pemilih di tiga TPS ini akan menjadi juri sesungguhnya, dan kita semua tinggal menunggu apakah mereka akan mempertahankan status quo atau menginginkan perubahan. Yang pasti, di Siak, politik belum selesai. Masih ada ronde tambahan. Siapa yang bertahan di akhir? Mari kita lihat!

Penulis : Adlis Pitrajaya
Wartawan di Provinsi Riau

duelgesitPilkadasiak
Comments (0)
Add Comment