Inhu Ada Bandara Tertua di Riau yang Mungkin Kini Tinggal Nama ???

 

INHU, Derakpost.com- Di Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), terdapat Bandara Japura. Ini memilki
atau menyimpan sejarah penting pada kisah penerbangan Indonesia. Bandara memiliki panjang landasan pacu 1.400 meter ini pernah menjadi bandara yang ternama di Provinsi Riau bahkan tertua di Bumi Lancang Kuning .

Namun sayangnya, kini perlahan-lahan ditinggalkan. Bandara Japura dibangun pada tahun 1952 oleh PT Stanvac yang merupakan perusahaan pertambangan minyak bumi di Riau. Pemanfaatan dari Bandara Japura ini difungsikan khusus pendaratan dan penerbangan pesawat mengangkut tenaga kerja PT Stanvac.

Bahkan di lokasi Bandara Japura pernah ada sumur minyak yang kini sudah tidak berfungsi, sehingga ditutup. Bandara ini kemudian diserahkan secara resmi oleh Wakil Umum PT Stanvac di Indonesia, Gerard L Mc.Coy kepada pihak Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Prof Ir Roosseno pada tahun 1954.

Di bawah pengelolaan Kemenhub RI ini, Bandara Japura melayani kedatangan dan keberangkatan untuk penerbangan komersil dari sejumlahan maskapai. Hal ini sebagai penuturan Rita, seorang dari warga Lirik dan juga saksi sejarah yang pernah menikmat penerbangan Bandara Japura tersebut.

“Pasca diserahkan pada Kemenhub RI, waktu itu sejumlah pesawat milik para maskapai ternama ini pernah mendarat dan terbang dari Bandara Japura. Yang diantaranya ada Merpati Air dan SMAC,” kata Rita mengaku orangtuanya ini dulu adalah mantan pegawai Stanvac. Maka, sewaktu kecil dirinya sering diajak jalan-jalan pakai pesawat ke Pekanbaru.

Katanya, dulu kalau ke Pekanbaru harus lewat Kuansing yang dirasa jauh jikalau perjalanan darat. Tapi naik pesawat dari Bandara Japura kurang lebih hanya satu jam sudah sampai di Pekanbaru. Terang dia, diperkirakan yang sekira tahun 1983 hingga 1986, bahwa Bandara itu masih eksis melayani penerbangan.

Sejumlah rute penerbangan yang disediakan, yakni Rengat – Pekanbaru dan Pekanbaru – Rengat. Bandara Japura juga pernah membuka pelayanan untuk rute penerbangan Jakarta – Rengat dan Rengat – Jakarta.

Bahkan Bandara Japura juga pernah menjadi transit bagi jamaah haji yang hendak menuju embarkasi di Batam.

Didot, mantan pegawai PT Stanvac juga pernah merasakan terbang dengan pesawat dari Bandara Japura.

“Dulu Stanvac punya pesawat charter untuk karyawannya dari Jakarta ke Pendopo terus Palembang terus ke Japura. Dari Japura – Palembang – Pendopo terus Jakarta,” kata Didot.

Dalam seminggu setidaknya bandara tersebut melayani tiga kali penerbangan baik untuk keberangkatan dan kedatangan.

Pada periode tahun 2005 sampai tahun 2006 Bandara Japura juga pernah melayani maskapai Riau Airlines dengan rute penerbangan Rengat – Padang dan Padang – Rengat.

Setelah periode tersebut, Bandara Japura tidak lagi melayani keberangkatan dan kedatangan penumpang pesawat.

Hingga pada tahun 2017 sampai tahun 2018, Bandara Japura kembali membuka pelayanan untuk pesawat jenis ATR milik maskapai Wings Air dan Susi Ai r, meski akhirnya kembali ditutup.

Selain itu, Bandara Japura juga pernah menjadi pusat latihan terbang bagi siswa Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) dengan lima pesawat latih type PA 28-161 Piper Warrior III.

Sesekali, helikopter yang membawa pejabat Provinsi Riau atau helikopter untuk penanganan bencana kebakaran lahan dan hutan (karlahut) juga pernah melakukan pendaratan dan penerbangan di bandara tersebut.

Setelah empat tahun berlalu, Bandara Japura tidak lagi melayani penerbangan komersil maupun untuk latihan.

Meski tidak lagi berfungsi, namun pihak Kementerian masih terus melakukan perawatan rutin terhadap fasilitas yang ada di Bandara.

Setidaknya setiap tahun Kementerian Perhubungan mengeluarkan anggaran sebesar Rp 6,3 miliar untuk biaya perawatan dan belanja pegawai Bandara Japura.

Terlihat, sejumlah fasilitas di Bandara Japura masih terawat. Rumput-rumput di halaman maupun di sekitar areal parkir dan sekitar lintasan pacu pesawat tampak dipotong rapi.

Kemudian fasilitas keamanan penerbangan seperti X Ray di check in area dan conveyor untuk barang penumpang juga masih berfungsi dengan baik.

Alex Nainggolan, Kepala Bandara Japura mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya untuk mengajak sejumlah maskapai agar bersedia membuka rute penerbangan dari Bandara Japura .

Untuk rencana pembukan rute penerbangan tersebut ini, pihak Bandara Japura juga sudah berupaya menjalin komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Inhu dan sejumlah perusahaan yang beroperasi di Inhu.

Hal ini dilakukan guna menjamin ketersediaan penumpang pesawat. Alex mengatakan Pemkab Inhu bisa menggunakan uang perjalanan dinas pegawainya untuk keberangkatan dengan menggunakan pesawat dari Bandara Japura .

Namun upaya yang dilakukan untuk mengajak Pemkab Inhu tidak kunjung mendapat jawaban pasti. “Kita sudah berupaya, namun kuncinya ada di Pemda,” ujarnya. Alex bahkan dengan tegas mengatakan bahwa Pemkab Inhu merasa tidak memiliki Bandara Japura.

Padahal menurutnya dengan berfungsinya Bandara Japura seperti dulu, maka akan memberikan dampak positif secara langsung maupun tidak langsung bagi daerah.

“Apabila Bandara Japura beroperasi, maka kita tentu akan merekrut pegawai dari masyarakat setempat. Kemudian sektor wisata juga akan naik karena banyak wisatawan yang datang ke Rengat melalui Bandara Japura,” ujarnya.

Alex melanjutkan apabila Bandara Japura tidak kembali berfungsi seperti dulu, maka pihaknya tidak dapat menahan saat Kementerian Perhubungan memutuskan untuk menutup Bandara Japura .

“Sejauh ini, pihak Kementrian masih mengeluarkan anggaran rutin Rp 6,3 Miliar per tahun untuk perawatan dan belanja pegawai di Bandara Japura. Kalau nanti Kementerian Perhubungan tidak lagi menurunkan anggaran, maka kondisi Bandara Japura dipastikan tidak akan terawat lagi,” katanya.**Kho

BandaraInhuJapura
Comments (0)
Add Comment