Mencegah Pelecehan Seksual pada Anak dan Remaja

 

BEBERAPA waktu terakhir ini, lalu lalang berita mengenai pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri yang menempuh pendidikan di pondok pesantren oleh oknum pengasuh. Dan itu bukanlah berita pertama kali yang mungkin pernah kita dengar. Ada banyak berita lainnya yang terjadi diberbagai tempat dan situasi.

Tentu hal ini membuat kita merasa  khawatir dan was-was. Pelecehan seksual sebenarnya tidak hanya terjadi pada remaja putri saja. Remaja putra, anak-anak, bahkan orang dewasa pun kerap menjadi sasaran dari tindakan ini. Tempat kejadiannya pun beragam, bisa di lingkungan pendidikan, transportasi umum, rumah, pusat-pusat keramaian atau yang lainnya. Begitupun dengan pelakunya, mulai dari orang tidak dikenal hingga orang terdekat dengan korban.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan pelecehan seksual (sexual Harassment)? Mengapa ini bisa terjadi? Mengapa yang paling banyak menjadi korban adalah anak-anak dan remaja? Apa dampaknya terhadap diri korban? Bagaimana memproteksi anak dan remaja agar tidak menjadi korban? Apa yang harus dilakukan bila ini terjadi pada diri kita ataupun orang lain?

Pelecehan seksual (Seksual Harrasment)

Sexual Harassment atau  pelecehan seksual merupakan tindakan bernuansa seksual, baik melalui kontak fisik maupun non fisik. Tindakan ini mengakibatkan seseorang merasa tidak nyaman, tersinggung, direndahkan martabatnya bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik maupun mental.

Adapun jenis pelecehan seksual ini seperti pelecehan jenis kelamin, pencabulan, pemaksaan seksual, mengajak berhubungan intim dengan memberikan iming-iming sehingga menyinggung perasaaan, serta sentuhan fisik yang disengaja dengan tujuan seksual tanpa persetujuan. Tindakan pelecehan seksual yang tidak dicegah akan memunculkan kekerasan seksual pada korban. Perbedaan antara pelecehan seksual dan kekerasan seksual terletakpada skopnya lebih luas.

Faktor penyebab terjadinyan Sexual harassment

Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya kasus-kasus pelecehan seksual, diantaranya :

1. Minimnya pengenalan pendidikan seks pada anak sejak dini

Sedikitnya edukasi oleh orang tua atau orang-orang disekitar anak tentang pendidikan seks disebabkan karena membicarakan seks masih dianggap tabu dan kurang pantas. Padahal pendidikan seks sejak dini sangat penting agar anak mengetahui seluruh anggota tubuhnya dan apa fungsinya. Apa yang boleh disentuh dan apa yang tidak boleh. Siapa yang boleh menyentuh dan siapa yang tidak boleh.

2. Otoritas yang tidak seimbang

Anak-anak dan remaja merasa tidak mempunyai kekuasaan yang seimbang dengan pelaku pelecehan. Pelaku misalnya adalah orang dewasa yang memiliki kekuatan, kekuasaan yang mempengaruhi dirinya. Dalam hal ini  seringkali korban biasanya dibawah ancaman pelaku. Misalnya diancam tidak diluluskan, tidak naik kelas, disebarkan aibnya bahkan hingga diancam akan dibunuh. Otoritas yang tidak seimbang ini menempatkan anak-anak dan remaja menjadi korban yang paling banyak perilaku pelecehan seksual.

3.  Kendali pikiran ada diluar diri korban

Terjadinya pelecehan seksual pada anak dan remaja biasanya dikarenakan mereka membiarkan pusat pikirannya dikendalikan oleh pelaku. Korban tidak berani menolak tindakan pelaku, tidak berani berteriak, lari, bercerita ataupun melapor. Belum terampilnya anak dan remaja  untuk mengendalikan pusat pikirannya menjadikan mereka korban terbanyak dari tindakan ini.

4. Sosialisasi dan edukasi yang belum massive dari berbagai pihak

Sosialisasi dan edukasi yang masih terbatas pada ruang-ruang tertentu juga menjadi penyebab masih tingginya kasus pelecehan seksual saat ini. Belum semua pihak mengetahui apa-apa saja kategori sexual harassment, apa yang harus dilakukan bila mengetahui kasus ini ada disekitar kita dan bagaimana tindak pencegahannya.

5. Sanksi hukum dan perlindungan terhadap korban dinilai rendah

Pelecehan seksual pada anak dan remaja ini seperti fenomena gunung es, dimana yang terlihat hanyalah puncaknya saja. Korban merasa takut, malu, terancam, hingga stigma negatif dari lingkungan sosial atas kejadian yang menimpanya. Bahkan terkadang bila melaporkan, kasus ini bisa berbalik kepada korban sehingga menyebabkan banyak korban lebih baik memilih diam. Efek jera yang diberikan kepada pelaku selama ini dinilai juga belum setimpal dan maksimal dengan tindakan yang dilakukannya.

Dampak pada diri korban

Pelecehan seksual yang terjadi pada anak dan remaja tentunya meninggalkan luka yang mendalam baik secara fisik maupun psikis. Trauma psikologis yang mendalam dapat dialami korban dan keluarganya. Perasaan malu, rendah diri, tidak berharga, prestasi belajar menurun, menarik diri dari pergaulan sosial, hilang rasa percaya diri, kecurigaan, sulit membangun relasi dengan orang lain, kecemasan, menyalahkan diri sendiri, balas dendam (victim blaming), powerless, helpless hingga depresi bahkan bunuh diri.

Tindakan pencegahan sexual harassment. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku pelecehan seksual pada anak dan remajam diantaranya adalah:

1. Memberikan pendidikan seks dini kepada anak.

Orang tua berperan aktif mengedukasi anak dan remaja mengenai organ tubuh dan fungsinya. Apa yang boleh disentuh oleh orang lain dan apa yang tidak boleh, siapa yang boleh menyentuhnya dan siapa yang tidak. Ajarkan kepada anak, bila ada yang menyentuh, memperlakukan organ kelaminnya atau berkata cabul kepadanya untuk berani menolak, berteriak, lari, melaporkan kepada orang tua. Edukasi ini juga dapat dilakukan dilingkungan sekolah ataupun dilingkungan kelompok bermain anak.

2. Memberikan pendidikan moral dan agama kepada anak dan remaja

Mengajarkan anak-anak dan remaja terkait perbuatan baik dan buruk yang menjadi pegangan hidup dimasyarakat. Pengetahuan mengenai imbalan dan hukuman atas perbuatan yang dilakukan. Menekankan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehingga dalam bertindak anak dan remaja selalu terarah.

3. Membangun komunikasi terbuka antara orang tua dan anak

Ini terkhusus pada remaja. Dimana remaja sudah memiliki pola berpikir yang lebih tinggi dan kompleks bila dibandingkan dengan anak-anak. Jangan ragu mengkomunikasikan hal-hal yang mungkin dianggap tabu. Beri tahu secara mendetail fungsi organ kelamin yang semakin sempurna. Minta remaja untuk menjaganya dengan cara berpakaian yang tertutup, menjaga sikap dan tutur kata. Berdiskusi dengan remaja terkait kejadian-kejadian mengenai pelecehan seksual yang pernah ada atau potensi yang mungkin muncul. Ajarkan remaja untuk memiliki kepribadian tegas, berani menolak dan melawan atas sikap yang tidak sepantasnya ia dapatkan, berani melaporkan bila ia mengetahui ada kejadian pelecehan disekitarnya.

4. Melakukan sosialisasi massive diberbagai lini

Sosialisasi ini dapat dilakukan di sekolah-sekolah atau lingkungan pendidikan, di kelompok- kelompok ibu PKK atau pengajian, di ruang-ruang publik seperti pasar, alat transportasi umum, kantor-kantor pelayanan umum, di komunitas remaja dan yang lain. Sosialisasinya pun  bisa dilakukan beragam cara, seperti memberikan nyanyian,lukisan, fliyer, spanduk, seminar, pengembangan kepribadian, keterampilan hingga membentuk komunitas anti pelecehan seksual.

5. Melakukan penegakan hukum yang berkeadilan

Penting kiranya memberikan tindakan hukum yang sesuai bagi pelaku pelecehan seksual. Tidak memberikan kesempatan kepada pelaku untuk berdalih, menunda-nunda ataupun membalikan fakta yang sesungguhnya. Usut hingga tuntas kasus yang terjadi dan berikan hukuman yang seharusnya ia terima.

Penerimaan tulus, ber-empati,  tidak mendiskriminasi, memberikan bantuan materi, bantuan hukum, penanganan pemulihan pasca trauma psikologis terkait  kasus yang menimpa korban merupakan hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Hal ini sangat besar pengaruhnya pada diri korban untuk dapat kembali memaknai diri dan hidupnya.

Penulis

Fatmawati

*Guru BK SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau
*Mahasiswa S2 Psikologi UIN Suska

pelecehanremajaseksual
Comments (0)
Add Comment