MP, TOKYO – Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) menimba banyak pelajaran di Olimpiade 2020 Tokyo. Selain mengamati konsep penyelenggaraan di masa pandemi Covid-19, lembaga non-pemerintah (NGO) pimpinan Raja Sapta Oktohari ini juga mengamati sistem pembinaan olahraga seluruh NOC di dunia.
Okto, sapaan Raja Sapta, mengatakan Olimpiade Tokyo menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Sebab, multi event olahraga empat tahunan paling prestisius se-dunia ini “Penyelenggaraan multi event, tak cuma Olimpiade, itu kan menghasilkan legacy, di mana legacy. Tapi, legacy itu dibangun dari sistem. Jadi NOC Indonesia saat ini berusaha membangun sistem yang kelak dapat menjadi acuan untuk ke depannya,” kata Okto, Senin (02/08/2021).
Okto yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC) ini menerangkan, NOC Indonesia langsung memelajari dengan seksama segala komponen dalam penyelenggaraan Olimpiade. Baik sistem olahraga, pembinaan atlet, pelatih, wasit, penyelenggara event, hingga venue.“Jadi apabila sewaktu-waktu Indonesia menjadi penyelenggara multi event international, kita sudah siap,” kata Okto.
“Terlebih, Kemenpora sudah memiliki cetak biru yang menetapkan Olimpiade mnejadi tujuan akhir pembinaan prestasi. Jadi di sini, kami juga melihat bagaimana pembinaan prestasi negara-negara yang datang dengan Kontingen Besar,”Jika sistem telah terbentuk, Okto yakin, partisipasi atlet Indonesia pada setiap penyelenggaraan Olimpiade ke depan akan bertambah. Kondisi ini juga akan diikuti oleh peningkatan prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia.
“Sebab, menang atau kalah itu hal biasa dalam pertandingan. Namun, bagaimana tingkat partisipasi atlet itu menjadi bagian paling penting di Olimpaide sebagaimana yang disampaikan Pierre de Coubertin. Semua ini harus dimatangkan sebab sudah ada cabor yang menggelar kualifikasi di akhir 2021” kata Okto.
Okto menjelaskan, Indonesia juga perlu mempelajari program pembinaan yang dilakukan beberapa negara lain. Seperti China yang merencanakan peak performance para atletnya saat tampil di Olimpiade. Mereka sudah tidak melihat sasaran kecil lagi tetapi sasaran yang besarnya.
“Masalah ini yang sebetulnya perlu kita diskusikan lebih tajam lagi dengan cabang-cabang olahraga. Jangan sampai kita puas dengan prestasi pada event kategori kecil saja. Ke depan, kita harus bisa melahirkan atlet yang mampu berprestasi di Olimpiade,” tambahnya.
Okto juga memberikan apresiasi terhadap cabang olahraga bulu tangkis, angkat besi, dayung dan juga panahan yang sangat konsisten mengirimkan atletnya ke Olimpiade.
NOC Indonesia, tambahnya, mengharapkan peran federasi olahraga nasional (PP/PB) yang memiliki potensi untuk lebih berkerja keras agar banyak meloloskan atlet di Olimpiade 2024 Paris.
“NOC Indonesia memberikan apresiasi kepada badminton dan angkat besi termasuk juga panahan yang sangat konsisten mengirimkan atletnya ke Olimpiade. Masalah hasil, tentu semua atlet ingin menjadi yang terbaik. Tugas NOC Indonesia itu memberikan support dan supervisi kepada cabang olahraga dalam menjalankan program pembinaan dan pemerintah Indonesia tentunya memberikan dukungan,” kata Okto.*