DERAKPOST.COM – Pelalawan, Kabupaten di Riau ini dikenal sebagai pusat salah satu pabrik kertas terbesar di Asia Tenggara ini, masih menghadapi tantangan besar terkait pengangguran.
Di tengah geliatnya industri besar, banyak warga lokal belum meraasakanya manfaat langsung hal dari keberadaan perusahaan tersebut. Bahkan, sebagian orang terpaksa mencari nafkah di luar daerah hingga juga ke luar negeri. Masalah inikan tidak hanya berdampak pada ekonomi, juga pengaruhi keamanan dan ketertiban bagi masyarakat (Kamtibmas).
Selain Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), aktivis buruh setempat, Heri Isma, turut angkat bicara mengenai dampak sosial dari tingginya angka pengangguran di Pelalawan. Ia menyoroti kaitan antara pengangguran dengan meningkatnya angka kriminalitas di wilayah tersebut.
“Pengangguran yang terus dibiarkan menjadi akar masalah sosial. Banyak warga yang kehilangan mata pencaharian akhirnya terjerumus ke tindakan kriminal karena desakan kebutuhan ekonomi. Kondisi ini jelas mengganggu kamtibmas di Pelalawan,” ujar Heri dikutip dari KPonline.
Menurutnya, situasi ini dapat diperbaiki jika perusahaan besar seperti pabrik kertas raksasa di Pelalawan lebih proaktif dalam memberdayakan masyarakat lokal. Heri menilai bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) belum menyentuh aspek fundamental, seperti pengentasan pengangguran dan pelatihan keterampilan bagi warga sekitar.
“Perusahaan besar harus memahami bahwa keberadaan mereka membawa tanggung jawab sosial yang besar. Kalau masyarakat sekitar tidak diberdayakan, justru akan muncul persoalan yang lebih besar, seperti ketidakstabilan sosial dan gangguan keamanan,” tegas Heri.
Heri juga mendesak pemerintah daerah untuk lebih tegas dalam menegakkan regulasi yang mengharuskan perusahaan memprioritaskan pekerja lokal. Ia menambahkan bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan regulasi tersebut masih sangat lemah.
“Kita tidak bisa terus berharap perusahaan berubah dengan sendirinya. Pemerintah harus memaksa mereka, dengan pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas jika ada pelanggaran. Jangan sampai kekayaan sumber daya alam di Pelalawan hanya dinikmati oleh pihak luar, sementara masyarakat lokal menderita,” tambahnya.
Baik FSPMI maupun Heri Isma sepakat bahwa sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak segera ditangani, dampak pengangguran tidak hanya akan memperburuk kondisi ekonomi, tetapi juga memicu berbagai masalah sosial yang semakin sulit dikendalikan.
Dengan meningkatnya angka kriminalitas yang menjadi salah satu indikasi, para pihak terkait diharapkan segera bertindak agar keberadaan industri besar di Pelalawan tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi segelintir pihak, tetapi juga menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat. (Dairul)