Panipahan Rohil Tetap Ramai yang Pulang Kampung Meski Jalan Banyak Amblas

DERAKPOST.COM – Warga perantau asal Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, tumpah ruah untuk kembali ke kampung halaman merayakan Idulfitri 1446 H. Meski saat ini kondisi infrastrukturnya jalan di wilayah itu tampak memprihatinkan.

Kota terapung Panipahan tetap semarak dan penuh aktivitas selama libur lebaran. Warga yang berasal dari berbagai daerah di Rokan Hilir dan Sumatera Utara memilih pulang kampung, baik melalui jalur darat dari Ajamu, Labuhan Batu, dan Asahan, maupun jalur pesisir Kubu-Panipahan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.

Sementara itu, sebagian lainnya menggunakan jalur laut dari Bagansiapiapi dan Asahan menggunakan kapal ferry. Namun, kendaraan roda empat terpaksa berhenti di Bundaran Panipahan Darat atau Teluk Palas, Panipahan Laut, lantaran akses jalan di dalam kota tidak bisa dilalui kendaraan besar.

Jalan-jalan di Panipahan memang unik karena berbentuk pelataran kayu di atas permukaan laut dan pantai berlumpur. Namun, beberapa ruas jalan dilaporkan amblas dan roboh akibat abrasi serta usia bangunan yang sudah lama, seperti Jalan Bakti yang merupakan salah satu akses utama antardesa.

“Sebagai masyarakat dan anak Panipahan, kami berharap semua jalan yang rusak ini direhab atau dibangun kembali di tahun 2025,” ujar Yudi (37), warga Panipahan, Sabtu (5/4/2025) dikutip dari GoRiaucom.

Yudi menyebut selama empat tahun terakhir hampir tidak ada pembangunan atau perbaikan jalan yang signifikan. Ia mengingat masa ketika jalan-jalan tersebut dibangun semasa kepemimpinan Bupati Annas dan Suyatno, dan kini berharap perbaikan dapat menjadi kenyataan di bawah kepemimpinan Bupati H Bistamam dan Wakil Bupati Jhony Charles.

“Kalau jalan bagus, hasil kebun, pertanian, dan perikanan bisa diangkut dengan biaya murah. Sekarang ini, biaya angkutnya mahal,” tambahnya.

Warga menyatakan bahwa selama ini perbaikan jalan dilakukan secara swadaya. Masyarakat gotong royong memperbaiki jalan yang rusak, bahkan ada yang menyumbangkan material seperti pasir, kerikil, dan semen.

Kondisi diperparah dua hari menjelang Idulfitri, saat air laut pasang tinggi hingga menutupi akses jalan darat. Rumah panggung dan toko-toko nyaris tergenang air. Banyak warga akhirnya memilih pulang menggunakan jasa kapal ferry yang menambah jadwal keberangkatan menjadi dua kali sehari dari Bagansiapiapi.

Tingginya arus balik ke Panipahan tidak hanya karena Idulfitri, tetapi juga bertepatan dengan momen sembahyang Cim Beng atau ziarah kubur. Warga keturunan Tionghoa turut kembali ke kampung halaman untuk menghormati leluhur, sehingga jumlah penumpang meningkat drastis dari Asahan dan Bagansiapiapi menuju Panipahan.  (Khairul)

amblaskampungPanipahanRohil
Comments (0)
Add Comment