Pengamat: Tak Bisa Lolos Parliamentary Threshold, PSI Dinilai Gagal Manfaatkan Jokowi

DERAKPOST.COM – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) gagal memanfaatkan Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikan elektabilitas mereka di Pileg Pemilu 2024.

Buktinya, mereka gagal maraup suara untuk mecapai Parliamentary Threshold atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Hal itu diugkapkan oleh pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno.

Adi menanggapi hasil hitung sementara atau quick count yang memperlihatkan PSI masih di bawah 4 persen, atau di bawah batas ambang parlemen.

Adi mengatakan, PSI telat mengakuisisi Jokowi. “Ini telat, karena selama tiga bulan lamanya kampanye politik, ini gagal dikonversi sebagai sebuah elektabilitas partai,” kata Adi.

Sekalipun Jokowi memiliki approval rating yang cukup tinggi, kata Adi, PSI gagal memperkenalkan masyarakat bahwa mereka bagian dari Jokowi. Adapun putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep merupakan Ketua Umum PSI.

“Karena waktu yang cukup singkat untuk memperkenalkan kepada masyarakat itu gagal, maka dipastikan orang tidak tahu kalau Jokowi itu sangat identik dengan PSI,” tutur Adi.

“Ini tentu sebagai bentuk kegagalan PSI menjadikan Jokowi sebagai figur sentral. Andai pemilihan anggota leglislatif tersisa 5-6 bulan lagi, mungkin PSI akan lolos efek dari Pak Jokowi,” kata Adi.

Dikutip dari detik. Masih rendahnya suara PSI juga menandakan PSI belum memiliki figur yang sentral.

Adi mencontohkan PDI-P dengan trah Soekarno dan Megawati Soekarnoputri, Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), atau Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto.

“Caleg PSI dibanding caleg partai lain, khususnya yang sudah lolos di parlemen, memang kalah pamor, pengalaman, kalah kuat dan kalah segalanya. Jadi wajar di setiap daerah pemilihan, caleg PSI tidak terlampau kompetitif dan kuat,” tutur Adi.

Adi juga mengatakan, PSI tidak memilki jejaring atau networking dan resource politik yang merata dan terdistribusi di seluruh Indonesia.

“PSI itu hanya kelihatan kuat, hanya berdenyut di perkotaan sementara di desa-desa eksposure politiknya nyaris tidak pernah kelihatan,” kata Adi.

Parliamentarypengamatpsi
Comments (0)
Add Comment