DERAKPOST.COM – Proyek pemasanganya batu andesit dan pedestrian yang di depan Istana Asserayah Hasyimiah atau dikenal Istana Siak telah selesai dikerjakan. Maka,
Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Riau serahkan berita acara pengelolaan aset itu ke Pemerintah Kabupaten Siak.
Proyek tersebut merupakan bantuan Kementerian PUPR kepada Pemkab Siak sebagai kota yang melestarikan aset pusaka tepat pada peringatan Hari Habitat Nasional Oktober lalu.
Pembangunan itu dianggarkan sebesar Rp5 miliar dari APBN, dana itu digunakan untuk merevitalisasi zona inti dan penataan kawasan Istana Siak dengan memasang batu andesit pada jalan aspal depan Istana Siak sepanjang 456 meter dan pedestrian sepanjang 548 meter, penandatanganan kontrak pekerjaan sudah dilaksanakan pada Juli 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Permukiman Rakyat (PU Tarukim) Kabupaten Siak, Junaidi mengatakan bantuan ini juga merupakan apresiasi Kementerian PUPR karena Siak komitmen dalam melestarikan dan memanfaatkan bangunan cagar budaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif.
“Alhamdulillah, kita sudah melakukan serah terima aset pengelolaannya dari BPPW Riau, tentunya kita sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Kementerian PUPR yang selama ini mendukung pembangunan dan penataan kota pusaka Siak ini,” kata Junaidi, Jumat (20/12/2024).
Dengan begitu, sambung Junaidi, jalan di sekitar Istana Siak tak lagi dilapisi aspal, kini kawasan itu dibuat indah dan khusus bagi pengunjung menikmati kawasan Istana Siak dengan berjalan kaki, seperti di Jalan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat dan Kota Tua, Semarang, Jawa Tengah.
Biasanya kendaraan roda dua maupun roda empat aktif melintasi jalan di depan Istana Siak, namun kini kendaraan tak bisa lagi melewati jalan itu, pengunjung nanti diarahkan parkir di lapangan samping Istana Siak di sekitar Gedung Kutab (dulunya sekolah yang didirikan Syarifah Latifah).
Junaidi menyebut penataan ini tujuannya untuk memperindah kawasan Istana Siak yang notabene berada di pusat ibu kota kabupaten agar wisatawan baik lokal maupun mancanegara, selain itu juga meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pengunjung.
“Semua konsep ini tak lepas dari ide dan inovasi dari kepala Dinas PU sebelumnya Pak Irving Kahar, karena berkat beliau penataan kota pusaka selalu mendapat apresiasi dari pemerintah pusat,” katanya.
Junaidi menyampaikan tidak hanya di kawasan Istana Siak, Kementerian PUPR banyak mengucurkan anggaran untuk merevitalisasi bangunan cagar budaya di Siak sejak ditetapkannya sebagai jaringan kota pusaka pada 2017 lalu. Kementerian PUPR sebelumnya juga mengucurkan anggaran untuk revitalisasi bangunan cagar budaya Tangsi Belanda di Kecamatan Mempura pada 2018. (Yusuf)