“Sumpah Pemuda, Gagasan Elegan Revolusioner Menuju Indonesia Merdeka”

 

DERAKPOST.COM – Apa yang terlintas ketika membincang soal Hari Sumpah Pemuda?

Hari ini, 94 tahun yang lalu tepatnya 28 Oktober 1928, para pemudi-pemuda Indonesia mengucap ikrar bersejarah. Dengan semangat perjuangan yang berkobar, mereka berjanji untuk bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa satu, Indonesia.

Namun, momen Sumpah Pemuda tak sebatas soal prasetia saja. Lebih dari itu, Sumpah Pemuda menjadi titik awal pergerakan para pemuda memperebutkan kemerdekaan.

Melalui sejarah perjuangan yang panjang, Sumpah Pemuda menjadi gagasan elegan yang revolusioner menuju Indonesia merdeka.

Tri Koro Dharmo
Lahirnya Sumpah Pemuda berangkat dari semangat muda-mudi bangsa untuk bergerak di tengah belenggu penjajah.

Dimulai pada 1908, lahir organisasi nasional pertama para pemuda bernama Budi Oetomo yang lantas menjadi pelopor munculnya gerakan kebangsaan.

Tujuh tahun setelahnya yakni 7 Maret 1915, sekumpulan pelajar membentuk organisasi bernama Tri Koro Dharmo. Pembentukan himpunan pemuda ini diprakarsai oleh seorang bernama Satiman Wiryosanjoyo.

Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013), anggota Tri Koro Dharmo merupakan para pelajar yang berasal dari perguruan dan sekolah-sekolah di Jawa dan Madura.

Tri Koro Dharmo yang secara bahasa berarti “tiga tujuan mulia (sakti, bukti, bakti)” ini bercita-cita mewujudkan perubahan Indonesia dengan cara pandang pemuda.

Memang, awalnya, Tri Koro Dharmo hanya beranggotakan pelajar dari Jawa dan Madura. Namun, karena popularitasnya, anggota organisasi ini meluas.

Bergabunglah para pelajar dari Bali hingga Lombok. Akhirnya, himpunan ini mengubah nama menjadi Jong Java.

Tumbuh besar, dalam perjalanannya Jong Java menggelar berbagai kongres untuk menyebarkan semangat perjuangan ke para pemuda. Bahwa pemuda Indonesia berperan penting untuk mengubah nasib bangsa.

Pergerakan organisasi ini dimulai dari hal kecil, seperti pemberantasan buta huruf yang bertujuan agar pemuda bebas melihat dunia luar.
Bersatu

Sebelum Tri Koro Dhamo, sebenarnya sudah ada organisasi kepemudaan lainnya bernama Perhimpunan Indonesia.

Namun, organisasi yang dibentuk pada 1908 itu sebatas perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda dan belum berperan aktif di Indonesia.

Situasi berubah ketika sejumlah tokoh bergabung ke organisasi itu. Sebutlah Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara). Keduanya bergabung pada 1913.

Beberapa nama lain yang kelak berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia juga besar di Perhimpunan Indonesia seperti Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta.

Perhimpunan Indonesia mulai ikut bergerak melawan penjajah ketika para anggotanya kembali ke Tanah Air.

Menurut buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan Museum Sumpah Pemuda, setelah Tri Koro Dharmo dan Perhimpunan Indonesia bergeliat, muncul berbagai perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya.

Mulai dari Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.

Para pemuda ini punya tujuan bersama, yakni persatuan dan mengurangi perpecahan akibat perbedaan suku hingga agama. Mereka sadar bahwa persatuan dibutuhkan untuk mencapai kemerdekaan.

Dari situ, muncul inisiatif untuk melebur perhimpunan para pemuda ini ke dalam sebuah musyawarah besar. Inilah cikal bakal lahirnya Kongres Pemuda.

Sumpah pemuda
Kongres Pemuda I digelar selama 3 hari yakni 30 April hingga 2 Mei 1926.

Namun, pidato-pidato dalam kongres itu belum bisa menyatukan para pemuda. Suasana kongres masih dipenuhi ego kedaerahan yang kuat dari tiap kelompok.

Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, para pemuda sadar bahwa egoisme kedaerahan hanya akan mempersulit perlawanan terhadap penjajah. Egoisme justru menjauhkan Indonesia dari kemerdekaan.

Dua tahun sejak Kongres Pemuda I, digelar Kongres Pemuda II tepatnya 27 sampai 28 Oktober 1928. Dalam pertemuan kali ini, kepanitiaan berasal dari berbagai perkumpulan.

Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin dari Jong Batak sebagai bendahara.

Mereka berkumpul di Batavia (Jakarta) dan menyepakati paham bersama tentang pentingnya persatuan pemuda. Para pemuda bersumpah untuk bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa satu, Indonesia.

Sumpah itu dideklarasikan sebagai hasil Kongres Pemuda II, yang kini dikenal sebagai ikrar Sumpah Pemuda. Begini bunyinya:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Istilah Sumpah Pemuda sendiri sebenarnya tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.

Barulah pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ketetapan itu dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, seperti yang dilansir dari kompas.

Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.

gagasanpemudaSumpah
Comments (0)
Add Comment