DERAKPOST.COM – Perasaan sedih, prihatin bercampur haru mengaduk suasana hati Staf Khusus (Stafsus) Menkumham Bidang Transformasi Digital, Fajar BS Lase, saat meninjau langsung kehidupan warga binaan Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi.
Prihatin, ketika menyaksikan saat ini ada 993 orang ditempatkan pada lapas itu yang hanya berkapasitas 98 orang. Artinya, bisa jadi kamar hunian yang diperuntukkan 8 orang, tapi faktanya dihuni 40-an orang. Fajar jadi terharu, melihat kesabaran, keikhlasan warga binaan ini menjalani masa hukuman dengan tertib dan aman walau hidup berhimpitan.
“Seringkali saya sampaikan kepada warga binaan di sini, agar mereka bisa hidup nyaman maka hendaklah dapat mengikuti aturan lapas. Hormati petugas dan ikuti program pembinaan di lapas dengan serius,” kata Kepala Kanwil Kemenkumham Riau, Mhd Jahari Sitepu ketika mendampingi Stafsus Menkumham, Selasa (30/8/2022).
“Kepada petugas, saya ingatkan juga untuk tidak semena-mena dan selalu bersikap adil kepada WBP tanpa diskriminasi. Terus, banyak-berdoa, karena kekuatan doalah yang hanya bisa membantu 8 petugas jaga dalam mengamankan 993 orang,” tutur Jahari, dikutip dari Cakaplah.com.
Mirip sepenggal syair lagu “Rumah Kita” yang dibawakannya, Fajar Lase meminta agar WBP selalu mensyukuri keadaan yang ada di Lapas Bagansiapiapi. Karena kehidupan kita saat ini, masih lebih baik daripada manusia lainnya yang sedang dilanda peperangan.
“Sebagai wujud rasa syukur kita, marilah kita jaga ‘Rumah Kita’ ini agar aman, kondusif, terkendali. Kemenkumham saat ini sedang membangun lapas baru di Ujung Tanjung. Kita doakan bersama, agar pembangunannya cepat selesai dan bisa dipergunakan. Sehingga nanti saudara-saudara semua tidak hidup berdesakan lagi,” sebut Fajar.
Fajar dan rombongan sebelumnya disuguhi penampilan atraktif nan penuh semangat WBP yang menyambut kedatangan mereka dengan yel-yel. Selanjutnya, Stafsus didampingi Kakanwil melihat dan merasakan langsung ‘lembabnya’ kehidupan manusia di Lapas Bagansiapiapi.
Namun yang tak kalah menawan, ternyata di tempat yang sempit dan terbatas ternyata WBP masih mampu berkreatifitas. Ada 10 WBP yang setiap hari memproduksi 200 roti yang dipasarkan di kantin dalam lapas dan Kafe Rowbin Lapas Bagansiapiapi yang terletak di luar lapas.
Omzet yang dihasilkan dalam sebulan pun tak main-main, bisa mencapai Rp40 jutaan lebih. “Enak, gurih, dan mantab betul. Mantul. Harganya oun cukup terjangkau oleh warga binaan. Lapas Bagansiapiapi Top Markotop,” puji Fajsr yang masih tak menyangka di tempat sempit, para WBP masih bisa berkarya dan bermanfaat bagi sekitarnya. **Jho