DERAKPOST.COM – Sempat bekerja sebagai honorer di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pangkalankerinci. Tapi kini jadi petani sukses setelah melihat ada peluang lebih baik itu dari menjadi guru honor. Kesuksesan berkat bantuan dan binaan PT RAPP.
Itulah sosok Suwatno berusia 54 tahun,
warga di Desa Makmur, Kecamatan Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan ini memilih menekuni hobi bertani yang disukai sejak kecil ketika bersama orang tuanya di kampung.
Suwatno kemudian memberanikan diri mengambil keputusan besar. Terlebih setelah bergabung dengan kelompok tani Timbul Jaya di desanya, Suwatno makin mantap membangun mimpinya sebagai pengusaha di bidang agribisnis.
“Saya mulai bertani sejak tahun 2007 dan bercocok tanam ini merupakan salah satu keahlian saya yang menjadi sumber penghasilan,” kata Suwatno, Sabtu dalam keterangannya.
Katanya, dulu sepulang mengajar atau pas ada waktu luang, selalu manfaatkan untuk bertani. Lama kelamaan, rasanya kok keinginan bertan begitu kuat, maka hungga akhirnya putuskan berhenti dari guru honor tahun 2017 lalu.
Meski 10 tahun mengabdi sebagai guru honor, namun semangatnya yang besar untuk mengembangkan pertanian lokal membuat berani melepas profesi. Yang ditambah, katanya, ada dukungan dari program agribisnis PT RAPP.
“Lewat bantuan PT RAPP, saya sangat terbantu karena dapat mengembangkan keterampilan pertanian. Pada awal usaha tani, kami juga dibantu benih, pupuk maupun obat tanaman oleh PT RAPP yang sangat diperlukan kelompok tani,” ujar Suwatno.
Tak hanya itu, perusahaan bagian dari grup APRIL juga membantu membuka peluang pasar memudahkan Suwatno dalam memasarkan produknya. Ragam hasil pertanian dijalankan yakni cabai, melon, jagung dan kacang panjang. Hal produk pertaniannya ini menjadi suplai kebutuhan pasar lokal.
“Sampai sekarang ada terus yang ambil (produk tani). Kalau cabai serta sayuran saat ini belum ada keluar kota, ataupun provinsi. Karena mayoritas masyarakat di sini tingkat konsumsi kebutuhannya cukup tinggi,” jelas Suwatno.
Sedangkan tanaman buah melon dari kebun Suwatno, yang sudah merambah hingga ke luar daerah. Yakni ke Kota Pekanbaru. Dijekaskan, saat awal mula mencoba menanam melon dulu, banyak orang mempertanyakan keputusannya itu. Karena daerah ini memang panas, tak cocok ditanami seperti melon.
Namun Suwatno tak menyerah begitu saja. Sebab, dia yakin yang penting ada kemauan untuk bergerak. Apalagi ada Teknologi Tepat Guna (TTG) telah mulai diterapkannya. “Yang penting, kita mau mencoba untuk berinovasi pertanian, buktinya ini kita nanam melon, cabai, besar juga hasil didapat,” katanya.
Hasil dari kebunnya ini juga sudah ada pangsa pasar yang tetap dan kedepan justru diharapkan menjangkau daerah yang lebih luas lagi. Itu seiring dengan target produksi yang akan meningkat. Untuk saat ini, katanya, memang baru sekitar wilayah Pelalawan dan hingga Pekanbaru dulu.
“Salah satu keuntungan jadi petani di Pelalawan, dikarena bahan pangan di daerah ini masih banyak yang dipasok dari luar daerah, sehingga jikalau kita tanam di sini, jadi lebih menguntungkan karena dibutuhkan. Setiap bulan, untuk penghasilan bersih saya bisa dapatkan mencapai Rp4 juta,” ujarnya.
Ekonomi keluarganya jauh lebih terjamin dibanding masih mengabdi sebagai guru honor komite yang dulu hanya bergaji Rp1,5 juta per bulan. Saat ini, bisnis pertaniannya dijalankan secara mandiri dan bisa memenuhi modal sarana produksi secara swadaya.
Suwatno berpesan kepada generasi muda agar jangan malu untuk menjadi petani. Sekarang ini, teknologi semakin maju untuk membantu usaha pertanian dan sangat menguntungkan bila sudah tahu tips dan trik di lapangan.
Saat ini, sebanyak 27 kelompok tani dengan anggota 307 petani aktif binaan program Community Development (CD) PT RAPP di Pelalawan. Kelompok tani tersebut bergerak di berbagai bidang diantaranya holtikultura, perikanan, OVOC (One Village One Commodity) seperti nanas, semangka, jambu, durian, peternakan dan padi sawah.
Koordinator Agribisnis CD PT RAPP, Zamzuli Hidayat mengatakan, keberadaan program agribisnis bertujuan untuk membawa kemandirian bagi para petani. “Melalui program agribinis ini kita melihat apa yang masih dibutuhkan oleh petani, lalu kita lakukan pembinaan, sampai sekarang programnya berjalan lancar dan rata-rata sudah menjadi penghasilan tambahan bagi petani,” terangnya.
“Contohnya semangka yang telah menjadi komoditas utama Kelompok Tani Catur Bina Karsa di Pangkalan Kerinci Barat, kemudian Kelompok Tani Timbul Jaya ini juga memfasilitasi pelaporan kegiatan proklim ke Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK),” sambung Zamzuli.
Zamzuli menambahkan, dalam upaya pembinaan dan pendampingan, tim dari CD Officer dan PMB (Pemantau Mitra Bina) berkunjung secara berkala ke setiap kelompok tani. Di samping itu, para petani juga diberikan pelatihan, saprodi, bantuan pupuk serta pemasaran untuk menjual hasil pertanian.
“Yang paling penting kita latih keterampilannya dulu, lalu menyamakan persepsi tentang budidaya yang baik, setelah itu baru kita dukung yang lain,” tutur Zamzuli.
Program Agribisnis yang dijalankan grup APRIL ini merupakan salah satu perwujudan komitmen transformatif APRIL2030 untuk mendukung tujuan pembangunan keberlanjutan (sustainable development goals/ SDGs) di tahun 2030. Komitmen tersebut antara lain kemajuan inklusif, pengurangan angka kemiskinan ekstrim dalam radius 50 kilometer dalam wilayah operasional grup APRIL. **Rul