Dibangun APBDes dan Jadi Destinasi Nasional, Kini Jembatan Pelangi Banglas Memprihatinkan

0 181

DERAKPOST.COM – Kondisi destinasi wisata mangrove Jembatan Pelangi Banglas yang berada di Dusun II Desa Banglas Kecamatan Tebingtinggi, di Kabupaten Meranti saat ini kondisinya memprihatinkan, karena rusak parah.

Destinasi Wisata Panorama alam yang disajikan di sana cukup menyegarkan dan menjadi istimewa karena hadirkan itu suasana alam asri dari hutan bakau yang dekat dengan wilayah perkotaan daerah Selatpanjang ibukota Kabupaten Meranti.

Di tempat wisata ini, pengunjung yang disuguhkan pemandanganya, berjalan menyusuri hutan bakau. Dan dilokasi ini pengunjung bisa mendapat informasi tentang berbagai jenis tanaman terkait mangrove. Tapi sayang, objek wisata yang dibangun oleh pemerintah Desa Banglas itu sekarang hanya tinggal cerita.

Padahal objek wisata ini pernah masuk destinasi nasional. Kini, tempat itu tak lagi dikelola dan dibiarkan terbengkalai. Objek wisata dibangun dari  Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) ditahun 2019 sebesar Rp381 juta lebih. Dimana jembatan sepanjang 300 meter itu diresmikan langsung Bupati Meranti Irwan Nasir dan Ketua DPRD Provinsi Riau, Indra Gunawan pada akhir tahun 2019 silam.

Kini kondisinya hampir sama dengan Jembatan Saka Raja berada kawasan Mangrove Desa Sesap, Kecamatan Tebingtinggi. Jembatan sepanjang 200 meter yang dibangun menggunakan APBDes tahun 2020 sebesar Rp 290.927.000 kondisinya juga sudah hancur pada tahun 2022 lalu.

Dikutip dari Halloriau.com. Kondisi terkini di Jembatan Pelangi Banglas dapat digambarkan dari pintu masuk yang rusak dan terkesan dibiarkan begitu saja, belum lagi pelantar banyak yang berlubang dan patah serta pagarnya banyak yang roboh. Belum lagi gazebo dan tempat duduk yang kini kondisinya juga terlihat rusak.

“Kondisinya ini cukup memprihatinkan, padahal ini menarik bila dikelola dengan baik. Tapi hal inipun sudah cukup lama terbiarkan dan tidak dirawat,” kata salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Sementara itu, mantan Kepala Desa Banglas Samsurizal yang menggagas pembangunan Jembatan Pelangi itu saat dikonfirmasi mengatakan bahwa tercetusnya destinasi wisata mangrove ini, ketika itu dia bersama kepala desa lainnya di Kabupaten Meranti lakukan studi banding ke Desa Ponggok, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Saat masih beroperasi, kata Samsurizal antusias masyarakat untuk berkunjung ke Jembatan Pelangi terbilang cukup besar. Dimana pengelolaan melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan diawasi oleh BUMDes. “Waktu itu bila dirata-ratakan kunjungan setiap hari itu ada seratus orang, apalagi saat hari libur itu tidak akan kurang dari seratus,” katanya.

Disebutkan dia, Ekowisata Mangrove Jembatan Pelangi juga berhasil meraih Penghargaan tingkat Nasional. Dimana penghargaan itu diterima Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Meranti Rizki dari Kementerian Pariwisata RI, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, tahun 2021 lalu. Adapun penghargaan diraih adalah Juara 3 Anugerah Pesona Indonesia Kategori Ekowisata Terpopuler.

Samsurizal menyadari jika tidak cukup anggaran untuk melakukan perbaikan jembatan tersebut. Tetapi disayangkan jika aset itu tidak diperbaiki. “Mungkin tak ada anggaran, kalau ada mungkin tidak cukup untuk merawat jembatan itu. Harapan kita kalau bisa diperbaiki, begitu pula masyarakat dan pihak desa bersama-sama menjaga aset itu karena itukan sudah jadi icon nya Meranti dan sudah dapatkan penghargaan Nasional,” ungkap Samsurizal.

Ditempat terpisah, Kepala Desa Banglas saat ini, Abdul Zaid mengatakan jikalau pun ada suntikan dana, maka hal itupun tidak seimbang lagi antara pengeluaran dengan pemasukan. Dimana kunjungan Pasca Covid-19 sangat sepi. Memang, sambungnya, banyak pihak meminta Jembatan Pelangi untuk dikembangkan, karena sudah menjadi icon Kabupaten Meranti.

“Kalau pun itu ada suntikan dana yang akan kita keluarkan, maka itu tidak lagi balance dengan hal pemasukan yang didapatkan, pengunjungnya sepi. Walau belum ada rapat dengan unsur terkait. Namun secara pribadi agak keberatan, karena jangankan halnya untuk mencari untung, balik modal pun nantinya tipis dari harapan,” kata Abdul Zaid.

Kepala Desa Banglas itu juga menyebut, ada dari pihak Camat kemaren minta ini dikembangkan lagi karena sudah masuk menjadi icon Meranti. Namun dengan kondisinya yang sudah lapuk karena materialnya kayu, maka butuh biaya besar untuk memperbaikinya. Karena itu menunggu dari pemerintah daerah untuk melakukan rehabilitasi jembatan. **Fir/Rul

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.