DERAKPOST.COM – Pada bulan Oktober 1974 ada artikel itu menggegerkan dari majalah Pop, sebuah majalah gosip. Ini majalah biasanya memuat berita sekitar mode, kecantikan, olahraga, dan ulasan film. Tapi, tiba-tiba berani menerbitkan artikel bertajuk teka-teki sekitar garis keturunan Presiden Soeharto.
Dilansir dari Hops.ID dikutip pada kanal Youtube Indonesia Insider, majalah itu menulis bahwa Soeharto sebenarnya adalah anak dari Padmodipuro, seorang bangsawani keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II, dan bukan anak desa seperti yang diakui oleh The Smiling General itu.
Menurut artikel itu, yakni saat Soeharto berusia 6 tahun, Padmodipuro terpaksa menitipkan anak dan istrinya ke seorang warga desa bernama Kertorejo, disebab dirinya harus menikahi seorang anak wedana berpengaruh saat itu. Dan saat itu konon Soeharto juga tak pernah lagi bertemu dengan ayahnya tersebut.
“Ini sebuah tragedi yang memilukan,” tulis majalah itu mengutip ucapanya seseorang. Terkait ada berita demikian, maka kala itu Soeharto marah besar dengan berita itu. Majalah Pop dibredel dan pemimpin redaksinya dipenjarakan selama 3 tahun.
Jaksa Agung saat itu, Ali Said, bahkan mengatakan bahwa “Tulisan itu adalah penghinaan dan menyerang nama baik serta menyerang kewibawaan kepala negara”.
Setelah terbitnya artikel itu, Presiden
Soeharto sampai membuat konferensi pers yang mengundang sekitar 100 orang wartawan dari dalam dan luar negeri untuk mengklarifikasi tuduhan tentang asal usul dirinya.
Tampaknya presiden RI kedua itu enggan dikaitkan dengan darah bangsawan. Ia berusaha meyakinkan publik bahwa dirinya adalah anak seorang petani.
“Saya ini benar-benar kelahiran Desa Kemusuk dan memang anak petani”, demikian kata Pak Harto yang kala itu artikelnya dimuat dalam majalah Tempo yang berjudul ‘Misteri anak Desa Kemusuk’.
Dalam pertemuan itu Soeharto hadirkan sejumlah saksi beberapa orang tua dari desa Kemusuk. “Tulisan itu tidak saja merugikan saya pribadi, tapi juga keluarga dan leluhur saya,” katanya saat dihadapan wartawan saat itu.
Kepada wartawan, Soeharto menyebut, bahwa sebenarnya desas desus akan tentang silsilah itu sudah lama didengar olehnya. Soeharto menegaskan bahwa semua isu itu tidak benar.
Lalu selama dua jam, kepala negara yang pendiam itu menceritakan kisah hidupnya bahwa ia dilahirkan pada 8 Juni 1921 di Desa Kemusuk, sebuah desa terpencil di wilayah Argomulyo, Godean, sebelah barat Yogyakarta.
Ibunya bernama Sukirah dan ayahnya Kertosudiro, seorang petugas desa pengatur air. “Beliau yang memberi nama Soeharto kepada saya,” sebut Pak Harto.
Menurut Soeharto, tuduhan dilayangkan majalah Pop menimbulkan perdebatan serius dalam masyarakat, sebab akan tuduhan itu memberi kesempatan yang baik untuk subversi, mengganggu stabilitas nasional dan mempermalukan bangsa. Dan ketidakpercayaan kepada pemimpin.
Yang menarik adalah pernyataan Soemitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo Subianto dalam autobiografinya “Jejak Perlawanan Begawan Pejuang”. Menurut Soemitro, sewaktu acara lamaran Prabowo dengan Titiek putri Soeharto, suami Ibu Tien ini pernah berkisah tentang masa kecilnya.
Katanya sewaktu berusia sepuluh tahun, Soeharto menjadi rebutan antara ayah angkatnya dengan ayahnya yang berasal dari lingkungan Keraton.
Bila pernyataan Soemitro benar, maka jelaslah bahwa Soeharto pernah keceplosan bicara tentang dirinya yang keturunan Keraton. Jadi, Presiden kedua RI itu bukanlah seorang anak petani desa seperti yang selama ini dikemukakannya.
Lalu mengapa Pak Harto tak mengakui dirinya sebagai keturunan Keraton dan lebih memilih menyebut diri sebagai anak petani dari desa Kemusuk ? Tapi sampai saat ini, belum ada jawaban pasti mengenai hal itu. Maka dari itu, silsilah keturunan Soeharto pun masih menjadi sebuah isu. **Rul