JAKARTA, Derakpost.com – Firli Bahuri mengatakan, kalau semua orang harus belajar dari filosofi olahraga tinju. Yang diketahui, hal pertandingan tinju sangat terbuka. Wasit, tidak bisa bermain-main dengan angka, selain itu juara langsung dapat disaksikan keunggulannya.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), se- usai saksikan secara langsung pertandingan tinju antara Daud Yordan yang melawan petinju asal Thailand, Panya Uthok pada gelarannya MPro Evolution Fight Series 2022, diselenggarakan di Balai Sarbini Jumat malam (1/7/2002) kemarin.
Selain mengungkapkan filosofi tinju, tak kalah pentingnya bagaimana halnya Firli mengajarkan bagaimana sosok pejabat negara harus bersikap dan memberikan contoh sebagai tauladan. Dimana saat menyaksikan pertandingan tinju itu Firli tidak mau menyaksikan dengan fasilitas gratis, meski ia diundang namun dirinya tetap membeli dan membayar sendiri, satu lembar tiket seharga Rp 570.000.
âWalaupun saya diundang secara resmi oleh panitia, tetapi saya beli tiket,â sebut Firli kepada wartawan, Sabtu (2/7/2022) melalui sambungan telepon. Disebutkan dia, kehadirannya secara langsung saat pertandingan itu menyemangati petinju kebanggaan Indonesia untuk bisa tetap mempertahankan juara silver kelas ringan super WBC Asian Boxing Council diraih ketika menang TKO ronde ke-5 atas Rachata Khaopimai di Pattaya, Thailand, 19 November 2021 lalu.
âDaud meminta saya untuk menyemangati dirinya. Sebelum naik ring, saya ketemu Daud di ruang ganti. Saya kasih tahu kekuatan petinju Thailand dan kelemahannya. Tadi saat di atas ring, saya teriak, waspadai pukulan vanya dari bawah. Rahang kiri terbuka, pukul,â ungkap Firli dikutip dari cnnindonesia.
Menurut Firli, para petinju berlatih dengan sangat keras dan menyiapkan diri sebelum naik ring. Mereka tidak menggunakan survei untuk popularitas untuk menentukan siapa yang akan dipilih sebagai pemenang.
âBegitu juga saat di atas ring, kedua petinju adu jotos untuk meraih angka kemenangan bahkan menggunakan pukulan sekeras â kerasnya untuk menjatuhkan lawan, bahkan tidak jarang lawan tersungkur mencium kanvas,â tutur mantan Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) tersebut.
Firli juga menyampaikan bagaimana indahnya akhir dari pertandingan tinju. Setelah wasit menyatakan pemenang, kedua petinju saling bersalaman dan berangkulan tanpa kebencian dan permusuhan.
âElok sekali filosofi tinju. Petinju yang kalah mengucapkan selamat atas kemenangan yang diraih dan yang kalah menerima kekalahan dengan ksatria dan lapang dada,â tutur Firli Bahuri.
Bercermin dari filosofi olahraga Tinju, maka Firli berharap yang sama juga dijalankan oleh penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu). Pensiunan Jenderal Polisi Bintang Tiga tersebut berharap penyelenggara Pemilu dapat menjalankan tugas secara profesional, adil, transparan dan akuntabel. Bahkan Firli mengibaratkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia sebagai Wasit.
âBawaslu memainkan perannya sebagai wasit yg berani, benar, jujur, profesional, dan adil serta independen,â pungkas Firli Bahuri. **Rul