DERAKPOST.COM – Korea Utara telah membentuk pasukan khusus untuk memburu warga yang mencuri gandum.
Sejumlah sumber mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa pasukan inspeksi itu berpatroli di daerah-daerah pinggiran untuk memeriksa tas warga, ada gandum curian atau tidak.
Meski demikian, sumber itu mengungkap bahwa ternyata, pasukan itu tak hanya mengincar warga yang membawa gandum curian. Banyak warga yang membawa gandum secara legal juga tetap ditahan.
Peristiwa itu menimpa salah satu warga di Kota Tokchon. Satu hari, ia ke rumah kerabatnya di Desa Sinsong, di mana ia diberi gandum dan jagung.
Ia kemudian memasukkan pemberian itu ke dalam tasnya, lantas pulang. Sebelum memasuki Tokchon, ia melewati salah satu pos pemeriksaan.
“Ketika pasukan inspeksi jagung itu melihat jagung dan biji-bijian itu, mereka berupaya menyitanya, menuduh saya katanya, ‘Kamu mencurinya dari ladang, ya?’ Adu argumen pun langsung pecah,” tutur warga itu.
Petugas patroli itu pun langsung menyuruh dia kembali ke Sinsong untuk mendapatkan konfirmasi bahwa gandum itu memang benar-benar diberikan oleh kerabatnya.
“Saya sangat marah ketika mereka menyuruh itu,” ucapnya, dikutip dari cnnindonesia.
Korut memang menganggap segala bahan pangan sangat berharga, terutama karena negara itu sedang dilanda krisis pangan berkepanjangan.
Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) memprediksi Korut kekurangan 950 ribu ton makanan, setara keperluan konsumsi untuk dua hingga tiga bulan.
Mereka pun memperketat pemeriksaan gandum di berbagai penjuru negara. Di Provinsi Hwanghae Utara, pasukan inspeksi itu akan bertugas hingga musim panen pada September mendatang.
“Pasukan inspeksi [di Hwanghae] lebih fokus pada pedagang yang memasok banyak jagung ke bus-bus dan mendistribusikannya ke pasar-pasar di tempat-tempat perhentian bus ke berbagai daerah,” kata seorang sumber lainnya di Provinsi Hwanghae.
Masalah kembali muncul karena di daerah pinggiran, banyak warga memiliki lahan besar, di mana mereka diizinkan menanam jagung untuk keperluan pribadi.
Pedagang terkadang memasok dagangannya dari para petani rumahan. Pada akhirnya, mereka bisa menjual banyak jagung dan gandum.
“Penduduk mengkritik patroli ini, karena pihak berwenang seperti menghukum orang yang menjual gandum untuk memenuhi mencari nafkah,” kata seorang warga.
Ia kemudian berkata, Pemerintah tak berpikir memasok pangan untuk warga, tapi malah membuat harga pangan di pasar lebih tinggi. **Rul