BADAN Pusat Statistik (BPS) baru merilis angka pengangguran Februari 2024. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) diselenggarakan BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Riau pada Februari 2024 sebesar 3,85 persen, menurun 0,40 persen dibanding Februari 2023. Meskipun data ini tentunya disambut baik oleh banyak pihak, namun hasil survei ini menarik untuk dicermati, karena sebagian besar pengangguran justru terdiri dari lulusan terdidik.
Data terkini menunjukkan bahwa TPT di Riau didominasi oleh lulusan perguruan tinggi, baik dari jenjang Diploma I/II/III maupun Diploma IV/S1/S2/S3. Pada Februari 2024, TPT untuk lulusan Diploma I/II/III merupakan tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 8,53 persen. Sementara itu, TPT untuk lulusan Diploma IV/S1/S2/S3 tercatat sebesar 3,49 persen. Tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi ini tentu menjadi perhatian bersama untuk mengupayakan solusi yang tepat dalam menyerap tenaga kerja terdidik tersebut ke dalam sektor lapangan kerja yang tersedia.
Potensi dan Peluang Karir di Sektor Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit telah menjadi pilar utama perekonomian Riau. Menurut data dari BPS, yang terdapat dalam Publikasi Statistik Kelapa Sawit Provinsi Riau 2022, produksi kelapa sawit di Riau mencapai 8,74 juta ton. Dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 2,87 juta hektar, Riau menjadi provinsi dengan produksi kelapa sawit terbesar di Indonesia. Kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Riau terlihat dari struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), di mana subsektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 15,81% terhadap total PDRB, dengan perkebunan kelapa sawit merupakan penyumbang utama.
Meskipun sektor perkebunan kelapa sawit menjadi penggerak utama perekonomian Riau, banyak lulusan perguruan tinggi masih enggan terjun ke pekerjaan yang terkait dengan sektor ini. Salah satu alasan utamanya adalah anggapan bahwa pekerjaan di perkebunan kelapa sawit kurang bergengsi dan tidak sesuai dengan status lulusan diploma atau sarjana. Selain itu, persepsi tentang kondisi kerja yang dianggap berat dan kurang menarik, seperti bekerja di lapangan, juga mempengaruhi minat lulusan untuk memilih karir di sektor perkebunan kelapa sawit. Mereka lebih cenderung memilih pekerjaan yang dianggap nyaman dan bergengsi, seperti bekerja di perusahaan atau instansi pemerintah. Minimnya minat lulusan sarjana untuk terjun ke industri perkebunan kelapa sawit menyebabkan potensi ekonomi yang sangat besar ini tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Padahal, sektor perkebunan kelapa sawit menawarkan beragam jenis pekerjaan yang tidak hanya terbatas di lapangan, tetapi juga mencakup bidang-bidang yang membutuhkan keterampilan dan keahlian tinggi. Bagi lulusan perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu, sektor ini menyediakan peluang karir yang menjanjikan sesuai dengan minat dan kompetensi mereka.
Salah satu bidang yang menarik bagi lulusan perguruan tinggi adalah manajemen perkebunan dan industri hilir kelapa sawit. Perusahaan-perusahaan perkebunan membutuhkan tenaga-tenaga profesional untuk mengelola operasional perkebunan, perencanaan produksi, pengendalian kualitas, hingga pemasaran produk. Lulusan dari program studi seperti manajemen, ekonomi, dan administrasi bisnis sangat dibutuhkan untuk mengisi posisi-posisi strategis dalam bidang ini.
Selain itu, sektor perkebunan kelapa sawit juga memerlukan tenaga-tenaga ahli di bidang penelitian dan pengembangan. Lulusan dari program studi seperti biologi, pertanian, kimia, dan teknik industri sangat diperlukan untuk melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi perkebunan, mengembangkan produk turunan kelapa sawit yang bernilai tinggi, serta menerapkan praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Peran peneliti dan ilmuwan sangat penting bagi kemajuan dan daya saing sektor ini di masa depan.
Strategi dan Upaya yang Perlu Dilakukan
Untuk menjadikan sektor perkebunan kelapa sawit sebagai solusi bagi pengangguran lulusan perguruan tinggi di Riau, diperlukan upaya kolaboratif antara berbagai pihak terkait. Pertama-tama, perguruan tinggi perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri perkebunan kelapa sawit. Kurikulum dan program studi harus diselaraskan dengan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di sektor ini, baik di dalam bidang manajemen, penelitian, maupun teknologi. Selain itu, perguruan tinggi juga harus memperkuat kerja sama dengan perusahaan perkebunan dalam menyediakan program magang, pelatihan kerja lapangan, dan kesempatan bagi lulusan untuk memperoleh pengalaman praktis.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mendukung strategi ini. Pertama, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung sektor perkebunan kelapa sawit dan industri hilirnya. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah juga harus mendorong diversifikasi produk turunan kelapa sawit, seperti bahan bakar biodiesel, sabun, kosmetik, dan lainnya. Diversifikasi ini akan menciptakan peluang kerja baru yang sesuai dengan kualifikasi lulusan perguruan tinggi.
Tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan lulusan perguruan tinggi di Riau harus segera ditangani. Dengan potensi besarnya sebagai penggerak utama perekonomian, terdapat harapan besar bahwa perkebunan kelapa sawit dapat dioptimalkan untuk menyerap tenaga kerja lulusan perguruan tinggi. Sektor ini tidak hanya menawarkan lapangan kerja di bidang produksi atau lapangan, tetapi juga menawarkan peluang karir di bidang manajemen, teknologi, penelitian, dan lainnya yang sesuai dengan kualifikasi lulusan perguruan tinggi.
Penulis:
Nadhifan Humam Fitrial, S.Tr.Stat
Statistisi Ahli Pertama Badan Pusat Statistik Kota Dumai