DERAKPOST.COM – Siswa-siswi SMPS Islam Terpadu Ibadurrahman Duri Boarding School (IDBS) ini kedatangan tamu istimewa. Yakni dalam rangka Conservation Goes to School, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan bersama Rimba Satwa Foundation (RSF)
Muhammad Delon dan Asyifa Nayla tampak ceria. Pagi itu, kembali hadir menyapa para siswa ini mengenalkan pentingnya menjaga habitat gajah sumatra dan alam raya. Kegiatan tersebut bertema “Riau Bangga Punya Gajah”.
Delon dan rekan-rekan sejawatnya itu tampak terperangah melihat poster gajah berukuran besar. Gambar yang dipampang tersebut menampilkan gajah sumatra yang merupakan satwa endemik Indonesia. “Kami senang sekali dapat pengetahuan tentang gajah,” katanya.
Ternyata, remaja-remaja ini sudah pernah melihat sosok gajah tersebut secara langsung. Sebab, tempat tinggal tak jauh dari area perlintasan gajah di Balai Raja. Namun lewat program konservasi yang dilaksanakan PHR tersebut, para siswa tersebut kini lebih tahu dan memahami karakteristik gajah hingga pentingnya menjaga habitatnya.
Hal inilah yang mendorong PHR WK Rokan untuk senantiasa mengenalkan tentang pentingnya menjaga konservasi. Sebab, nilai-nilai kecintaan alam dapat ditanamkan sejak dini untuk menjaga satwa dan habitatnya tetap terlindungi.
Kepala SMPS Islam Terpadu Ibadurrahman Duri Boarding School (IDBS) Elka Yulia Ningsih S.Pd mengaku bangga sekolahnya dikunjungi PHR dan RSF dalam rangka mengenalkan konservasi.
“Terima kasih telah menyelenggarakan kegiatan ini di sekolah kami. Konservasi ke sekolah ini sangat bermanfaat bagi kami, karena sekolah ini juga tidak jauh dari area perlintasan gajah. Semoga para siswa semakin cinta alam dan bisa berkontribusi bagi lingkungan,” ujarnya.
Program Conservation Goes to School PHR merupakan implementasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR yang berfokus di bidang lingkungan. Dalam kegiatan tersebut, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama Rimba Satwa Foundation (RSF) memberikan pemahaman luas tentang habitat gajah sumatra yang hampir punah. Para siswa diberikan bekal ilmu untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan Riau.
Acara juga dikemas dengan sesi pemaparan materi dari tim RSF, kuis interaktif, dan untuk menggali tingkat pemahaman siswa-siswi diadakan pre-test (sebelum pemaparan) dan post-test (setelah pemaparan). Acara berlangsung meriah dengan diberikannya apresiasi hadiah untuk siswa-siswi yang aktif tanya jawab dan yang meraih skor tertinggi pada tes tersebut.
Terpisah, Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto mengatakan, Riau patut berbangga masih memiliki gajah, maka dari itu satwa ini harus terus kita lindungi demi kelangsungan habitatnya.
“Anak-anak kelak akan menjadi dewasa, saat mereka dewasa harapan kita mereka masih bisa melihat satwa tersebut. Mari sama-sama kita jaga populasi dan habitatnya,” ujarnya.
Rudi menjelaskan, sejauh ini PHR bersama RSF terus melakukan program konservasi gajah sumatra dengan berbagai aksi nyata, salah satunya lewat program Agroforestri dan mensosialisasikan langsung kepada masyarakat yang berada di kantong Balai Raja dan Giam Siak Kecil, di Provinsi Riau.
Sejak 2011, Gajah sumatra termasuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Hal ini disebabkan karena populasi gajah sumatera yang menurun lebih dari 80% dalam waktu tiga generasi terakhir, atau sekitar 75 tahun. Penurunan populasi gajah sumatra terutama disebabkan oleh hilangnya habitat, degradasi hutan dan fragmentasi habitat serta perburuan.
“Dengan begitu, peran Pentahelix yang dijalankan PHR merupakan salah satu langkah untuk melestarikan gajah dan habitatnya di alam,” jelasnya.
PHR bersama RSF mengembangkan pembibitan pohon-pohon yang bernilai ekonomi tinggi namun rendah gangguan gajah. Antara lain alpukat, durian, petai, jengkol, matoa dan kakao. Sedangkan jenis tanaman untuk pakan gajah antara lain rumput odot. Program ini sangat didukung oleh masyarakat yang memiliki lahan di perlintasan gajah, warga pemilik lahan di lokasi-lokasi tersebut ikut mengambil bagian karena sadar akan konservasi tersebut.
Selain itu, upaya konservasi gajah juga dilakukan secara terintegrasi melalui pembinaan habitat serta pemantauan populasi gajah. Dua unit kalung global positioning system (GPS collar) tambahan telah dipasangkan ke kelompok gajah. Melengkapi tiga unit yang sudah lebih dahulu dipasang, serta 18 unit kamera pengintai (camera trap).
Kalung GPS yang dipasangkan di leher gajah berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit. Sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi secara dini. Selain itu, alat tersebut dapat memberikan data awal sebagai dasar penghitungan perkiraan berat badan gajah. Sedangkan kamera pengintai dipasang di kawasan perlintasan gajah guna memberikan informasi secara visual.
Selain agroforestri, program TJSL PHR di bidang lingkungan telah banyak dilakukan. Antara lain penguatan kelompok Bank Sampah, Program Kampung Iklim (Proklim), Konservasi Mangrove, serta Desa Energi Berdikari. **Rul