Ustadz Abdul Somad Hadiri Wisuda 147 Santri Penghafal Al-Qur’an di Ponpes Darul Fikri Kabupaten Meranti

0 64

DERAKPOST.COM – Wisuda Tahfidz dan Akhirussanah Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Fikri dihadiri Ustadz Abdul Somad. Di hari Senin (21/4/2025) itu, haru dan serta bangga yang berpadu dalam satu suasana sebanyak 147 santri diwisuda.

Mentari pagi menyambut senyum bahagia dari wajah-wajah para orang tua ini datang dari berbagai penjuru di Kabupaten Meranti dan bahkan dari luar kabupaten hingga luar Provinsi Riau. Di halaman Ponpes Tahfidz Al-Qur’an Darul Fikri Islamic Boarding School, Dusun Rintis, Desa Banglas Barat, Kecamatan Tebingtinggi.

Wisuda Tahfidz dan Akhirussanah tahun 2025 ini bukan hanya menjadi penanda berakhirnya masa pendidikan para santri, tapi juga perayaan akan proses panjang menanam iman, ilmu, dan kedisiplinan. Lebih istimewa lagi, momen sakral ini dihadiri langsung oleh Ustaz Abdul Somad (UAS), ulama kondang yang sejak awal menjadi bagian penting dalam sejarah pondok ini.

Darul Fikri bukan pondok biasa. Sejak batu pertamanya diletakkan oleh UAS bersama Bupati Kepulauan Meranti kala itu, Drs. H. Irwan, pada 13 Agustus 2018 silam, pondok ini tumbuh bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi sebagai rumah cahaya. Setahun setelah itu, pada 22 September 2019, UAS kembali hadir meresmikannya secara penuh—menandai dimulainya perjalanan panjang mencetak generasi penghafal Al-Qur’an.

Tak hanya sebagai tempat menimba ilmu dan membentuk karakter Qurani, Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Darul Fikri Islamic Boarding School di Kepulauan Meranti juga menjadi saksi hidup akan besarnya dukungan umat terhadap perjuangan pendidikan.

Waktu itu ketika pembangunan pondok pesantren ini memasuki fase penting, seorang Ustaz Abdul Somad yang hadir bukan hanya memberikan tausiyah yang menggugah, kehadirannya juga menjadi magnet kebaikan. Suasana saat itu begitu haru—ratusan jamaah berkumpul, dan satu demi satu mengulurkan tangan ke kotak infak pembangunan yang diletakkan di tengah majelis.

Namun yang menarik, dari kotak infak tersebut, tak hanya rupiah yang ditemukan. Ada pula mata uang dari tiga negara lainnya—sebuah simbol bahwa dukungan terhadap Darul Fikri telah menembus batas geografis. Total infak yang berhasil dikumpulkan saat itu mencapai angka fantastis yakni Rp97.851.500,1.002 Dolar Singapura, 274 Ringgit Malaysia, dan 5.000 Won Korea Selatan.

Donasi dari empat mata uang berbeda itu menjadi lebih dari sekadar nilai materi. Ia menjadi simbol kesatuan hati umat Islam untuk mendukung perjuangan mencetak generasi penghafal Qur’an. Kotak infak itu bukan hanya berisi uang, tapi juga harapan, cinta, dan kepercayaan. Kini, hasil dari infak itu telah menjelma bangunan yang kokoh, tempat para santri mengeja ayat demi ayat, menyulam masa depan dalam pelukan cahaya Ilahi.

Kini, setelah tujuh tahun berdiri di bawah naungan Yayasan Fitrah Madani, Darul Fikri telah menelurkan ratusan penghafal Al-Qur’an yang tak hanya berprestasi di level daerah, tapi juga di kancah nasional. Dari ruang-ruang kelas yang sederhana, lahir anak-anak yang membawa ayat-ayat suci dalam dadanya—sebuah investasi rohani untuk masa depan bangsa dan negeri.

Keistimewaan acara ini terasa dari tiap rinciannya. Ratusan tamu yang hadir, mulai dari pejabat daerah hingga tokoh masyarakat, duduk bersanding dalam nuansa khidmat. Santri-santri tampil percaya diri saat menerima ijazah, sambil sesekali menatap orang tua mereka dengan binar haru.

Dan saat UAS menyampaikan tausiyahnya, suasana menjadi lebih teduh. Meskipun hujan mengguyur, para tamu seakan tidak beranjak. Ia menyampaikan bahwa ilmu tanpa akhlak akan hampa, dan hafalan Al-Qur’an adalah amanah yang harus dijaga, bukan sekadar prestasi yang dibanggakan.

“Darul Fikri ini bukan hanya pondok tahfidz, tapi taman cahaya. Dari sini, semoga lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang berhati Qurani,” ucapnya dikutip dari halloriau.com.

Hari itu, bukan hanya tentang wisuda. Tapi tentang harapan, doa, dan keberlanjutan perjuangan. Sebab di Darul Fikri, setiap huruf yang dihafal, adalah cahaya yang ditanamkan. Dan hari ini, cahaya itu mulai menyala terang.

Hari itu juga bukan hanya prosesi wisuda. Tapi juga pengakuan atas sebuah perjuangan panjang—kisah penuh dedikasi dari seorang pengasuh pesantren yang tak pernah lelah mengukir cahaya lewat ayat-ayat suci.

Di atas panggung sederhana namun khidmat, suara pimpinan sekaligus pendiri pondok pesantren, H. Ahmad Fauzi, terdengar mantap namun penuh haru. Dalam sambutannya, ia mengabarkan keberhasilan 147 santri yang menamatkan pendidikan tingkat SLTA di Darul Fikri.

Dari jumlah itu, enam orang berhasil menjadi hafiz Al-Qur’an 30 juz, dan satu di antaranya, Duratul Yatimah—gadis muda asal Desa Semukut, Pulau Merbau—berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz tanpa kesalahan di hadapan penguji dalam sekali duduk, bergelar Tasmi.

“Lelah ini terbayar dengan hadirnya anak-anak penghafal Al-Qur’an,” ucap Fauzi dengan mata yang berkaca. Ia menyebut bahwa selain satu Tasmi’ 30 juz, juga ada tiga santri Tasmi’ 10 juz dan tiga lainnya Tasmi’ 5 juz. Bahkan, untuk jenjang SLTP pun sudah ada yang hampir menuntaskan 10 juz.

Namun, di balik deretan prestasi itu, tersembunyi perjuangan senyap. Bertahun-tahun Ustadz Fauzi dan timnya berjibaku membangun pondok dengan segala keterbatasan. Dana yang pas-pasan, fasilitas yang masih perlu pembenahan, dan kebutuhan pengembangan yang terus meningkat.

“Lebih kurang tujuh tahun ini bukan hal mudah. Tapi hadiah dari Allah hari ini membuktikan bahwa keikhlasan dan kesabaran tak pernah sia-sia,” tuturnya.

Ia pun mengajak semua pihak, terutama pemerintah daerah dan DPRD, untuk bersinergi dalam membesarkan lembaga pendidikan berbasis Qur’an ini. “Anak-anak ini kita didik 24 jam, bukan 8 jam. Mereka butuh lingkungan yang mendukung dan sistem yang kokoh,” jelasnya.

Dengan manajemen yang terus diperbaiki dan program unggulan yang terus dikembangkan, Darul Fikri kini telah menorehkan lebih dari 100 prestasi, dari tingkat kabupaten hingga nasional. Salah satunya saat mereka mengikuti Qiroatul Kutub hingga meraih predikat terbaik dari Kementerian Agama.

Tak ada air mata yang jatuh sia-sia. Di Darul Fikri, setiap perjuangan menjadi bagian dari ayat-ayat yang hidup—mengalir dari lisan ke hati, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan bagi Ustadz Fauzi, setiap anak yang menghafal Qur’an, adalah jawaban paling indah atas setiap malam yang dihabiskan dalam doa dan kerja keras.

Di tengah semarak wisuda Tahfidz dan Akhirussanah 2025, Ahmad Fauzi, pimpinan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Darul Fikri, tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya. Di hadapan ratusan tamu undangan dan orang tua santri, ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada para asatidz dan asatidzah—para pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap hari dengan sabar membimbing para santri menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.

“Terima kasih saya sampaikan untuk para guru yang telah mengikhlaskan waktunya, membimbing anak-anak ini tak hanya untuk hafal secara lisan, tapi juga menghayati dan menerjemahkan Al-Qur’an dalam akhlak dan keseharian,” ungkapnya lirih.

Kepada 147 santri yang diwisuda, Ahmad Fauzi meyakini bahwa Pondok Pesantren Darul Fikri akan terus melahirkan cendekiawan Qur’ani—generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga berakhlak, unggul dalam bahasa, serta tangguh di tengah dinamika zaman.

Dengan mengusung visi “Mewujudkan insan bertaqwa, cerdas, berprestasi, unggul dalam bahasa, dan berakhlak mulia,” Pondok Pesantren yang berdiri di Dusun Rintis, Desa Banglas Barat ini terus bergerak dan berbenah. Dukungan masyarakat yang terus tumbuh, serta kepercayaan dari berbagai pihak, menjadi pemantik semangat untuk membangun peradaban berbasis nilai-nilai Qur’ani.

“Alhamdulillah, tahun ajaran ini kami berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi. Kami juga menerima anugerah sebagai Sekolah Berasrama Terbaik se-Kabupaten Kepulauan Meranti dari Kementerian Agama. Tahun lalu, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kami juga dianugerahi penghargaan sebagai Sekolah Berprestasi,” papar Fauzi.

Semua pencapaian itu bukan datang tiba-tiba. Ada proses panjang yang berjalan di baliknya—dari perencanaan berbasis data, pemetaan minat dan bakat santri, hingga evaluasi yang dilakukan secara berkala.

Dengan sistem manajemen pendidikan yang terintegrasi, Darul Fikri bukan sekadar lembaga pendidikan, tapi tempat menanam cahaya—cahaya ilmu, iman, dan akhlak mulia—yang akan menerangi masa depan negeri ini lewat generasi Robbani.

Di antara ratusan hadirin yang memenuhi halaman Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Darul Fikri, satu sosok berdiri penuh wibawa namun tetap teduh. Dialah Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar, yang secara langsung hadir dalam wisuda tahfidz dan Akhirussanah tahun 2025. Dalam sambutannya, Asmar menyampaikan apresiasi mendalam atas peran besar Darul Fikri dalam mencetak generasi unggul yang tidak hanya cerdas, namun juga berlandaskan nilai-nilai Islam.

“Pondok Pesantren Darul Fikri telah berkontribusi melahirkan generasi Islam yang menjadi pewaris nabi dan membumikan Al-Qur’an. Saya yakin dari pesantren ini akan lahir penjaga Kalam Allah, bukan hanya hafidz secara lisan, tapi juga yang memaknai, meresapi, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Asmar penuh keyakinan.

Ia juga menyampaikan doa dan harapan kepada para ustadz, ustadzah, serta seluruh pengurus pondok pesantren, agar selalu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan amanah besar: membimbing para generasi penerus umat.

Tak hanya dalam bentuk ucapan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti di bawah kepemimpinannya terus menunjukkan komitmen dalam mendukung pendidikan, termasuk pendidikan berbasis agama. Asmar menegaskan, pendidikan adalah salah satu pilar utama pembangunan daerah, yang tak bisa berdiri sendiri tanpa kolaborasi dari semua pihak.

“Selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati. Jadilah insan yang rajin, tekun, dan bermanfaat bagi sekitar. Hormati dan sayangi seluruh makhluk Allah. Jadilah khalifah bumi yang amanah, yang menjaga dan memakmurkan bumi dengan sebaik-baiknya,” ucap Asmar seraya menatap para santri yang duduk berbaris rapi, wajah mereka penuh harap dan masa depan yang bersinar.

Suasana haru pun menyelimuti. Tak sedikit dari orang tua yang tampak meneteskan air mata bangga. Di balik prosesi wisuda itu, tersimpan harapan besar bahwa dari dusun kecil di Kepulauan Meranti, akan lahir cahaya-cahaya yang menerangi dunia lewat Kalamullah. (Atansyam)

 

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.