Waduh … Kebutuhan Dana di Akhir Tahun 2022, Aset BRK Syariah Lepas Hingga Rp3,4 Triliun

0 220

 

DERAKPOST.COM – Diketahui PT Bank Riau Kepri (BRK) Syariah harus melepas asset miliknya sebesar Rp3,4 triliun dari total asset awal itu senilai Rp31,3 triliun terhitung di Desember 2022. Ini disebab bank plat merah ini, salah memprediksi kebutuhan dana di akhir tahun 2022.

Bermula dari BRK Syariah melakukan peminjaman uang yang dalam bentuk deposito di bulan Desember 2022, ini dengan suku bunga yang tinggi di atas LPS, yakni senilai Rp2,3 tiliun. Ternyata setelah dihitung uang tersebut bersisa Rp1 triliun. BRK Syariah, yang akhirnya ini mengambil kebijakan menyusutkan asset sehingga beban bunga ini timbul dapat dikurangi. Dan akibatnya kondisi asset BRK Syariah sekarang ini menjadi Rp27,9 triliun.

Terkait ini Pengamat Perbankan, Bemi Hendrias kepada wartawan, menyebut, Direktur Utama (Dirut) BRK saat itu telah mengetahui kondisi internal perusahaan plat merah tersebut. Namun, dia (Dirut) ini meyakini hal tersebut yang terpaksa didiamkan saja atas arahan komisaris utama.

“Informasi yang saya dapatkan, saat itu Dirut tidak membawa masalah tersebut kerapat Board of Director dan Board of Comisaris. Menurut mantan pimpinan BRK Syariah itu, sesuai dengan arahan Komut, tak perlu membahas yang sudah terjadi, tapi bicara ke depan saja,” sebut Bemi mengulasnya, dikutip dari Riauin.com.

Bemi juga memaparkan, pengambilan keputusan untuk pinjaman Rp2,3 triliun tersebut diambil oleh beberapa orang dan bahkan sudah diketahui beberapa orang juga. Bagaimana peran Komut jika masalah ini muncul, juga terlihat di sini.

Pinjaman uang yang luar biasa tersebut diambil ke Bank Indonesia dalam suatu bentuk tunai senilai Rp1 triliun, dengan masa cicilan satu tahun dengan bunga berkisar Rp15 miliar per bulan, namun di akhir tahun kebijakan tersebut menjadi tindakan mubazir. Di mana sesuai akan aturan uang yang ada dalam kas wajib diasuransikan. Asuransi ini, tentu akan berlangsung memakan waktu beberapa hari.

“Penurunan asset BRK Syariah yang kini menjadi Rp 27 triliun adalah akibat dari kebijakan mengurangi beban bunga, sehingga deposito korporasi yang ada di kurangi.  Sementara kredit tidak tumbuh. Komponen biaya mahal adalah salah satu faktor menurunnya aset BRK. Akibat dana nganggur di kas, itu perlu dibentuk asuransi yang besar pula,” ujar Bemi. **Rul

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.