DERAKPOST.COM – Dukungan keluarga Presiden Keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur untuk urusan politik sudah ditentukan jauh-jauh hari, khususnya sikap tidak mendukung siapapun yang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Dikutip dari kompas.com. Luka kudeta yang dilakukan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin kepada Gus Dur lewat Muktamar Luar Biasa di Ancol tahun 2008 masih dirasakan. Menurut pemberitaan surat kabar Kompas pada 2008, Perselisihan antara kubu Gus Dur dan Cak Imin di PKB dimulai selepas Muktamar 2005. Saat itu Muhaimin terpilih menjadi Ketua Umum PKB melalui Muktamar, sedangkan Gus Dur ditetapkan menjadi Ketua Dewan Syura PKB.
Sejak muktamar itu muncul dua kubu di dalam PKB. Yakni kubu Gus Dur dan kubu Muhaimi- Lantas pada Maret 2008 muncul kabar ada upaya untuk melengserkan Gus Dur dari posisi Ketua Dewan Syura PKB. Puncak dualisme terjadi pada 2008 saat Cak Imin menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) di Ancol tahun 2008. Hasil keputusan itu melengserkan Gus Dur dari posisi Ketua Dewan Syuro PKB dan kembali mengangkat Muhaimin sebagai Ketum PKB.
Gus Dur mencoba menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) di Parung, Jawa Barat, dan memilih Ali Masykur sebagai Ketua Umum PKB, sedangkan Sekjen PKB dipegang oleh Yenny Wahid. Kemudian pengadilan hingga tingkat kasasi memutuskan kepengurusan PKB yang sah adalah kepengurusan yang dibentuk dari Muktamar yang digelar oleh Cak Imin. Luka itu kemudian membekas hingga kini yang menjadi standar sikap keluarga Gus Dur, selama itu adalah Cak Imin, maka tidak akan ada dukungan.
Sikap keluarga Gus Dur ini pernah diungkapkan Yenny Wahid dalam acara Rossi di Kompas TV pada 10 Agustus 2023 lalu. Ia menyebut jika calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto memindang Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres), keluarga Gus Dur siap angkat tangan tak memberi dukungan. “Ya kita bye-bye, ha ha ha,” kata dia. Batas toleransi dukungan masih diberikan jika Cak Imin hanya menjadi pengusung Prabowo, bukan menjadi pasangan.
“Kalau sebagai sesama pengusung (Prabowo) tidak apa-apa, tapi kalau pendamping lain urusan, agak berat itu,” kata dia. Yenny mengatakan, penarikan dukungan kepada Cak Imin sudah pernah dilakukan pengikut Gus Dur saat kudeta PKB yang dilakukan Cak Imin.
Dia mengatakan, simpatisan Gus Dur justru lebih memilih mendukung Gerindra saat Gus Dur tak lagi memegang kendali PKB yang direbut oleh keponakannya sendiri itu. “Yang menarik representasi suara NU di PKB justru lebih kecil dibandingkan suara NU di Gerindra. Karena waktu Cak Imin menelantarkan Gus Dur, kita PKB Gus Dur, Cak Imin dengan PKB Cak Imin,” kata Yenny.
“PKB Gus Dur mengalihkan suara untuk Gerindra, maka suara Gerindra naik di Jatim 2009, suara PKB Cak Imin turun 70 persen,” sambung Yenny.
Tutup pintu dukungan untuk Anies Sikap keluarga Gus Dur tak berubah meskipun sosok Anies Baswedan sebagai capres dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) yang menjadi pasangan Cak Imin dalam perhelatan Pilpres 2024 mendatang.
Dengan tegas Yenny menyebut sikapnya masih sama yaitu tak akan memberikan dukungan kepada Cak Imin dan pasangannya. “Jadi sudah jelas sekali, ketika wakti itu Cak Imin masih berkoalisi dengan Pak Prabowo, saya sudah menyatakan secara terbuka posisi kami, akan sulit sekali bagi kami mendukung capres yang bersanding dengan orang yang pernah mengkudeta Gus Dur,” katanya. **Rul